Tabanan (Bisnis Bali) – Launching Rejang Sandat Ratu Segara pada pembukaan Tanah Lot Art And Food Festival II berhasil menyabet rekor dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Itu karena tarian garapan Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti, dilakukan secara kolosal melibatkan 1.800 penari wanita dari 10 kecamatan.
Festival dibuka secara resmi Plt Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran I Kementrian Pariwisata RI, Ni Wayan Adnyani, di Daya Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot, Sabtu (18/8). Turut mendampingi Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, Wakil Gubernur terpilih Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dan Kadis Kebudayaan Propinsi Bali Dewa Putu Beratha. Hadir pula DPD RI I Gst Ngurah Arya Wedakarna, Ketua DPRD Bali Adi Wiryatama, Wakil Direktur MURI Osmar Semesta Susilo, serta jajaran muspida Kabupaten Tabanan.
Osmar Semesta mengungkapkan, rekor tarian Rejang Sandat Ratu Segara ini merupakan yang pertama di Indonesia, bahkan dunia karena ditarikan dengan jumlah penari yang banyak. Selain itu, dilihat dari data yang ada di MURI, hingga kini belum pernah ada, dan juga tarian Rejang Sandat Ratu Segara ini hanya ada di Bali, sehingga sekupnya dunia.
“Hal ini merupakan suatu yang luar biasa karena menjadi tarian kolosal, dan harus diapresiasi karena merupakan salah satu kebudayaan dari Indonesia,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Eka mengatakan, Tari Rejang Sandat Ratu Segara merupakan karya agung yang bersifat sakral sebagai bentuk rasa syukur dan memohon kasih dan sinar suci dari Ratu Segara. Sehingga bisa disebut tarian “pengajeg jagad” yang mencerminkan sifat sang Ibu, agar alam lebih harmonis suci dan semua dilandaskan kasih sayang.
“Agar alam ini selalu harmonis dan beliau memberikan kasihnya kepada semua umat untuk selalu menjaga kesucian hati dan prilaku. Selalu memaafkan dan selalu peduli dengan asas keadilan dalam kebenaran,” ujarnya.
Harapannya, launching Tari Rejang Sandat Ratu Segara bisa menjadi momen yang memorable dan tidak terlupakan oleh masyarakat Tabanan atau wisatawan yang menyaksikannya. Di akhir tarian terjadi trans (kerauhan) oleh sejumlah penari, yang merupakan ciri tarian ini sakral. Trans ini merupakan sesuatu yang positif, karena di tempat-tempat sucipun beliau akan menampakkan vibrasinya sebagai wujud beliau ada dan beliau maha besar.
“Astungkara semoga ini bisa diwariskan dan dilanjutkan oleh seluruh umat, seluruh generasi muda yang iklas dan berkeinginan untuk memberikan pengabdian dalam bentuk tarian. Yakni, Rejang Ratu Segara,” cetusnya.
Selain itu, pementasan Rejang Sandat Ratu Segara memang sudah ditunggu-tunggu. Akibatnya dalam sejarah Tabanan tidak pernah macet hingga 4 jam, karena membludak dan antusiasnya wisatawan dan masyarakat yang menonton. Bercermin dari kondisi itu, harapannya ajang ini juga menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan angka kunjungan ke DTW Tanah Lot nantinya. (man)