Denpasar (Bisnis Bali) – Di balik pelemahan rupiah hingga menyentuh Rp14.600 per dolar AS, berpotensi menggairahkan sektor ekspor. Menurut pengamat ekonomi sekaligus perbankan IB Kader Perdana, secara teori pelemahan rupiah membuat komoditi jadi makin berdaya saing karena lebih murah dari sebelumnya.
“Pelemahan rupiah ini sebenarnya peluang bagi eksportir untuk mengeruk keuntungan lebih besar lagi dari biasanya. Sayangnya, eksportir lokal belum maksimal memanfaatkannya untuk mendorong peningkatan ekspor guna meraih devisa sebanyak-banyaknya, karena kandungan impor masih tinggi dan pasar dalam negeri banyak dibanjiri barang barang impor hingga kini,” tutur Kader Perdana, di Denpasar Jumat (17/8).
Mantan Dirut Bank Sinar ini menyebutkan, meski pelemahan ini memiliki sisi positif, kestabilan nilai mata uang rupiah tetap perlu dijaga. Bila kondisi tersebut terus berlanjut dan tidak ada solusi jangka pendek, dikhawatirkan mata uang rupiah terus dipermainkan dan dijadikan bulan- bulanan.
“Bila skenario dan kondisi seperti ini terus terjadi kemungkinan rupiah akan terus ambruk, apalagi menjelang Pilpres yang berpeluang dikemas dan dipolitisasi,” ujarnya.
Presiden Jokowi diharapkan mampu menemukan jalan dan solusi yang mujarab dalam jangka pendek, sehingga rupiah bisa kembali ke fundamentalnya. Kondisi itu sekaligus membuat perekonomian terus bertumbuh dengan kondusif yang sudah dicerminkan adanya perbaikan perekonomian nasional pada triwulan II/2018 mencapai jumlah 5,27 persen.
“Mudah-mudahan tahun mendatang bisa bertumbuh membaik dan bisa tumbuh lebih tinggi lagi,” harapnya. (man)