Ritual Unik Desa Sidetapa, Daya Tarik Pariwisata Buleleng

823

Singaraja (Bisnis Bali) –  Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar merupakan salah satu dari lima desa Bali aga di Buleleng. Masing – masing desa memiliki potensi, keunikan, tradisi dan adat budayanya yang sangat kental. Seperti halnya di Desa Sidetapa terdapat tradisi unik yang rutin dilaksanakan ketika memasuki musim panen buah tiba.

“Ngaturang Buah”, tradisi ini sudah berlangsung secara turun-temurun kurang lebih 700 tahun masehi dan diikuti oleh seluruh krama desa yang jumlahnya mencapai 835 KK yang merupakan krama pengarep. Meskipun tidak diketahui secara pasti cerita dan awal mula tradisi ini dilaksanakan, namun warga konsisten untuk tetap melakukan ritual ini dari dahulu hingga sekarang. Bahkan tradisi ini bisa dikatakan festival makan durian karena jumlah durian hasil dari persembahan warga mencapai ribuan.
Tradisi atau ritual ini dipercaya oleh warga merupakan suatu wujud terima kasih warga kepada sang pencipta dengan mempersembahkan hasil panen segala jenis buah-buahan yang dihasilkan dari kebun warga. Tradisi Ngaturang buah ini diawali dengan persembahyangan bersama di Pura Desa setelah sebelumnya masing – masing warga yang sudah masuk krama adat membawa buah – buahan hasil panen di kebun mereka, seperti rambutan, manggis, duku, kepundung, wani dan durian ke Bale Pebatan yang ada di Pura Desa.

Khusus untuk buah durian, mengingat Desa Sidetapa sebagai daerah penghasil buah durian, warga diwajibkan membawa durian sebanyak 2 – 3 buah, untuk laki – laki ditempatkan dalam kise (tas-red) dari daun aren (ron-red) yang dianyam sementara untuk yang perempuan menggunakan penarak (besek). Prosesi ini dihantarkan oleh pemangku atau masyarakat menyebutnya balian, di mana terdapat dua balian yakni balian alit dan balian ageng.
Perbekel Desa Sidetapa, Ketut Budiasa ketika diwawancarai Bisnis Bali mengatakan ritual ini berlangsung tiga kali dari Minggu 21, 24 dan 27 Januari mendatang. Kegiatan ini sudah dilaksanakan dari sejak dahulu sebagai bentuk rasa terima kasih kepada sang pencipta atau nenek moyang, mengingat Desa Sidetapa dahulu merupakan daerah penghasil berbagai macam buah atau yang dikenal dengan mas mareronce.

“Dulu Sidetapa terkenal akan berbagai macam buah-buahan, meskipun saat ini sudah ada perubahan di mana tidak hanya buah saja bisa cengkeh, coklat dan lainnya namun ritual ini tetap dijalankan oleh warga dengan menghaturkan berupa buah-buahan yang sedang memasuki panen saat itu,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, tradisi ini hanya bisa dilaksanakan hanya saat musim buah tiba dalam artian tidak mesti satu tahun sekali, akan tetapi ketika sudah memasuki musim buah seperti saat ini salah satu warga yang ditunjuk akan mengumumkan bahwasannya akan diadakan ritual ngaturang buah.

“Kita melihat situasi dan pas musim panen buah, jadi tidak menentu kapan bisa dilaksanakan ritual ini,” tuturnya. Keunikan dari prosesi ritual ini, setelah sesembahan berupa buah – buahan ini selesai dipersembahkan dan diupacarai, buah seperti durian (surudan-red) bisa dibawa pulang kembali oleh warga dengan syarat dari tiga buah durian yang dibawa, satu buah dipersembahkan untuk dibagikan kepada masing-masing pamong dan dinikmati oleh warga masyarakat yang mengikuti prosesi tersebut termasuk warga yang datang dari luar, sementara sisanya bisa dibawa pulang oleh warga. “Untuk menikmati durian harus di luar areal pura desa itu aturannya,” jelasnya.  (ira)