Denpasar (Bisnis Bali) – Kendati pasar batu akik tak secerah tahun-tahun sebelumnya, kenyataannya, sebagian pebisnis batu akik masih tetap bertahan untuk berjualan, baik pemain lama maupun baru karena meyakini pasar batu akik masih menjanjikan.
Menurut Mulyadi, salah seorang pebisnis batu akik di kawasan Denpasar, Sabtu (20/1), penjualan batu akik cenderung menurun lantaran lesunya penjualan batu akik sejak 2 tahun lalu hingga saat ini. Namun, dirinya sendiri tetap bertahan meskipun penjualan cenderung mengalami penurunan.
Guna menggeliatkan penjualan batu akik, pihaknya berusaha menyediakan produk yang beragam serta berkelas. Misalnya, sebelumnya pihaknya banyak menggunakan atau mengikat batu akik dengan cangkang (ring/ cincin) berbahan titanium dari Cina, kini berusaha menggunakan cangkang berbahan perak, sehingga lebih berkelas. “Cangkang titanium harganya berkisar Rp 50.000-Rp 70.000 per biji, sedangkan cangkang berbahan perak harganya Rp 300.000-Rp 450.000 per pcs,” tandasnya.
Hal senada diungkapkan Yanto, salah seorang pebisnis batu akik lainnya.
“Sejak pamor batu akik turun, pendapatan kami turun drastis, yakni sebelumnya pendapatan kami bisa mencapai Rp 1 juta – Rp 2 juta per hari, tetapi saat ini hanya mampu menjual Rp 500 ribu per hari,” ujarnya.
Namun, pihaknya tetap optimis, karena kalau dilihat potensi pasarnya ini masih menjanjikan sebab masih ada sebagian masyarakat penghobi batu akik.
Katanya, Bali tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya saja, namun batu akik asli pulau Bali masih digemari dan dicari oleh para penggemar batu akik.
Menurutnya, batu akik asli pulau Bali berasal dari wilayah Pulaki di kawasan Bali Utara. Batu akik asli Bali ini berjenis badar dan terdiri dari tiga jenis yakni batu badar serat kawat, batu badar serat emas, dan batu krisna. (aya)