Cegah Monopoli Bisnis,  REI  Bali ’’Godok” Ketersedian Pasir

363
Ketua DPD REI Bali Pande Agus Permana Widura

Denpasar (Bisnis Bali) – Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Bali terus berusaha mencari solusi terbaik terkait kelancaran pasokan pasir dan harga yang rentan mengalami kenaikan drastis selama ini. REI Bali bahkan saat ini sedang menggodok berbagai solusi agar harga harga pasir tidak terlalu mahal dan menimbulkan monopoli bisnis.

“Kami saat ini sedang berupaya melakukan pendekatan dengan organisasi-organisasi lainnya untuk mencari solusi terbaik terkait keberadaan pasir yang notabena merupakan bahan vital bagi dunia properti,” kata Ketua DPD REI Bali, Pande Agus Permana Widura, di Sanur, Minggu (3/12).

Ia mengatakan, berbicara stok pasir sebenarnya masih ada di lapangan, namun ada kekhawatiran jika erupsi Gunung Agung ini berkepanjangan maka stok akan habis. Mengantisipasi stok pasir yang habis inilah, kata Pande, menjadi pemikiran REI selama ini untuk mendatangkan pasokan dari luar daerah, termasuk memperhitungkan agar pasir yang didatangkan dari luar daerah nantinya harganya tidak terlalu mahal.

“Termasuk mencegah ada oknum yang memonopoli bisnis mengambil kesempatan dari kejadian ini. Untuk itu REI harus berhati-hati dalam bertindak di sini,” ujarnya.

Harga pasir di lapangan saat ini perkiraannya masih di kisaran Rp 2,5 juta hingga Rp 2,6 juta per truk isi 7 kubik atau naik 100 persen dari harga sebelumnya Rp 1,3 juta per 7 kubik.

Pande Agus mengakui, pasokan pasir yang berpeluang untuk didatangkan berasal dari Lombok karena lokasi yang lebih dekat ke Bali, selain ada pula datangkan dari Pontianak maupun Bayuwangi, Jawa Timur.

“Tetapi kembali lagi, bisa tidak membuat depo-depo pasir tersebut di Bali yang fungsinya untuk tempat menampung kiriman pasir tersebut,” ucapnya.

Untuk membuat depo-depo pasir tersebut, ia mengakui, harus ada izin dan berkoordinasi dengan pemerintah, karena mendatangkan pasir memerlukan tempat berlabuh mana yang bisa dipakai. Sebab dihitung dari sisi nominal, jika mendarat di Gilimanuk maka akan ada biaya lagi ditimbulkan ketika membawa pasir dari Gilimanuk ke daerah proyek. “Bila itu terjadi maka harga pasir saat diterima akan mahal lagi,” tegasnya. (dik)