Surabaya (bisnisbali.com) – Pola pikir pengolahan dan pengelolaan sampah yang selama ini berkonotasi buruk harus diubah karena dari sampah ternyata bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Menghasilkan tenaga listrik salah satunya, dari sampah bisa memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat.
Hal itu disampaikan Asisten III Pemprov Bali Wayan Suarjana saat mengunjungi TPA Benowo, Surabaya.
Ia mengatakan, Surabaya berhasil mengelola sampah 1.700 ton setiap harinya menjadi tenaga listrik. Sampah yang diolah tidak dipilah atau masih menjadi satu antara organik dan anorganik menjadi listrik.
“Pengolahan sampah ini sudah berjalan sejak 2012. Oleh karenanya, kunjungan ke Surabaya ini tentu menjadi pengalaman dan menambah pengetahuan yang harapannya bisa terimplementasikan di Bali,” katanya.
Ini selaras dengan visi dan misi Gubernur Bali yaitu Nangun Sat Kerti Loka Bali. Salah satunya menjaga keseimbangan alam Bali yang bersih sekala dan niskala dengan cara membersihkan sampah dan menjadikanya berguna.
“Menurut saya sampah di Surabaya sudah menjadi emas. Mari kita wujudkan hal ini juga semoga Bali bisa ajeg ke depannya,” ujarnya.
Guna mewujudkan itu semua, ia menilai selain mengubah mindset, perlu juga dukungan semua pihak yaitu peran legislatif dan eksekutif. Pemprov Bali pun secara intensif melakukan penanganan terhadap sampah plastik bahkan Bali menjadi provinsi pertama yang mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang timbulan sampah plastik sekali pakai yang diatur dalam Pergub Bali Normor 97 Tahun 2018.
“Kini bagaimana bersama-sama mendorong komitmen pemerintah daerah yaitu eksekutif dan legislatif agar segera itu bisa terlaksana dalam pengelolaan dan pengolahan sampah,” ujarnya.
Penanggung Jawab Operasional PT Sumber Organik yang mengelola sampah di Surabaya, Mohamad Alihasar menyampaikan, pengolahan sampah merupakan proyek oleh Pemkot Surabaya yang dikerjasamakan dengan swasta. Dengan luas 37,4 hektar ini, pihaknya berharap TPA bukan sekadar tempat penumpukan sampah tetapi ingin TPA Benowo menjadi sumber energi.
Diakui, dari sampah yang masuk ke TPA akan melalui proses yang akhirnya menghasilkan gas metan. Gas metan sampah ini diolah menggunakan teknologi fuel skid agar bisa menjadi energi penggerak bagi engine yang akan menghasilkan listrik.
“Secara awam proses sampah masuk TPA akan ditata menyerupai bentuk terasering. Selanjutnya, sampah itu ditutupi dengan terpal atau semacam geomembran agar tidak berbau dan gas metana yang dihasilkan tersimpan dengan baik,” paparnya.
Menurutnya, dari gasifikasi plant ini ke depannya target bisa menghasilkan 9 megawatt dan dapat membakar sampah sekitar 1.000 ton per hari.
Sebelumnya, pengolahan sampah di Surabaya menjadi perhatian Pemrov karena tidak terlepas dari keberhasian Surabaya dalam menciptakan lingkungan kotanya yang bersih, asri dan indah. Kota Surabaya dinilai mampu dalam penanganan sampah. Surabaya menjadi salah satu kota di Indonesia yang dinilai mampu mengelola sampah dengan baik, melalui program 3R (reduce, reuse, recycle). Tidak hanya itu, program 3R dinilai telah menjadi landasan upaya pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat, dalam rangka mengurangi sampah dan mengambil nilai ekonomis dari sampah. Keberhasilan pengolahan sampah di Kota Pahlawan ini terletak pada peran serta aktif masyarakat beserta seluruh elemen yang ada. Keterlibatan semua pihak dalam upaya mengurangi sampah, menjadikan program 3 R dapat berjalan dengan baik. *dik