Amlapura (bisnisbali.com) – Kecerdasan merupakan kunci untuk berhasil dalam rangka memperbaiki kesejahteraan melalui peningkatan perekonomian keluarga. Agar cerdas dan kreatif, seseorang harus banyak belajar atau mencari ilmu pengetahuan. Kecerdasan diperoleh melalui banyak membaca atau membudayakan literasi.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Karangasem, Drs. I Wayan Astika, Selasa (17/9) kemarin di Karangasem, saat berbicara sebagai narasumber dialog interaktif bertema, ‘’Peran serta Perpustakaan dalam Pengembangan Literasi dan Pelestarian Budaya,” di Radio SWIB, Karangasem.
Diakui Astika yang mantan Kadis Pariwisata itu, belakangan ini sulit membeli buku di Karangasem, sebagai akibat sudah tak ada toko yang menjual buku bacaan.
Astika mengatakan, rendahnya budaya literasi atau rendahnya minat baca di kalangan masyarakat diduga menjadi penyebab dari segi pertumbuhan ekonomi kita juga termasuk lambat.
Astika didampingi Pustakawan Drs. I Komang Pasek Antara mengatakan, hasil penelitian Unesco yang dirilis tahun 2012 mengenai minat baca penduduk Indonesia, diketahui indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya berada di angka 0,001. ‘’Data itu menunjukkan bahwa dari 1.000 penduduk, hanya satu orang yang mau membaca buku dengan serius,’’ ujarnya prihatin.
Ditambahkan, berdasarkan data world’s most literate nastions pada 2016 Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara yang menjadi objek penelitian lembaga central connectius state university.
Menurut Astika, rendahnya minat baca atau literasi di kalangan masyarakat Indonesia, disebabkan banyak faktor, seperti keterbatasan akses pada buku, banyak daerah tak memiliki perpustakaan dan toko buku, serta kebiasaan membaca yang tak dibentuk sejak anak usia dini.
Mengutip pepatah lama, Astika memaparkan, bahwa buku adalah jendela dunia. Buku adalah gudang ilmu. Karena itu, untuk membuka jendela dunia itu, kuncinya adalah membaca. Membaca juga disebut sebagai gerbang peradaban. Negara yang perekonomian atau industrinya maju, memang kegemaran membaca di kalangan masyarakatnya sangat tinggi.
Pendeknya, Negara dengan kegemaran membaca di kalangan masyarakatnya tinggi, cenderung memiliki peradaban yang lebihmaju. ‘’Sebagai contoh pada masyarakat Jepang. Masyarakat di Negara Matahari Terbit itu memiliki budaya membaca yang luar biasa. Di taman, penumpang kereta api, di kantin, di mana pun mereka berada, selalu membawa buku dan kegiatan membaca bagi mereka adalah kegiatan yang menyenangkan,’’ paparnya.
Sementara itu, dari pemantauan, kreativitas membuat lembar lontar untuk ditulisi, di Karangasem, sudah ada yang menjadikan profesi dalam rangka meningkatkan perekonomian. Seorang perajin membuat cakep lembar dari daun lontar, dari Desa Pidpid, Karangasem, banyak menerima pesanan daun lontar. Daun lontar tebaik dibeli, dari petani pemilik pohon lontar dengan kualitas daun yang lebar dan panjang.
Daun lontar itu diproses dalam waktu yang cukup lama sekitar sebulan, sebelum bisa dipakai untuk menulis dengan pengerupak (sejenis pisau kecil) untuk menulis di daun lontar. Di Karangasem, seperti di Kecamatan Kubu dan Abang, tumbuh banyak pohon lontar. Dari pohon lontar selain bisa diambil daunnya untuk membuat cakepan daun lontar, juga berbagai jenis kerajinan anyaman, baik daun maupun lidinya. Buah lontar muda atau kuwudnya enak dikonsumsi, sementara petani pemilik kebu lontar biasanya menyadap tuak lontar. Tuak wayah atau mengandung alkohol tinggi dipakai membuat arak atau dijual tuaknya. Sementara tuak manis, dimanfaatkan untuk membuat gula merah.*bud