Tabanan (Bisnis Bali) – Jawa dan Bali merupakan target sejumlah pebisnis properti untuk tetap eksis tahun ini. Hal ini tak berlebihan karena kebutuhan pasar akan rumah tinggal pun untuk investasi makin tinggi. Demikian Pengembang Kharisma Properti, Bagio Utomo, Minggu (21/4).
Menurutnya, baik rumah menengah atas maupun bawah tahun ini tetap laku dijual, karena para pemilik dana mulai memilih produk rumah untuk tempat tinggal sekaligus investasi. Di Bali dengan kondusifnya pemilu 17 April 2019, memberi keyakinan bagi mereka untuk memutuskan membeli rumah tahun ini. Demikian dengan di luar Bali khususnya Jawa, tak sedikit pengembang Bali juga melakukan agresi mengembangkan proyek perumahan. Mereka menggarap proyek dengan sistem konsorsium, dan ini tentu akan makin menggeliatkan bisnis padat modal dan karya ini.
Di Bali, rumah menengah atas tak kalah dicari pebisnis dan pemodal luar untuk investasi, maupun tempat tinggal. Ini positif bagi pengembang lokal meningkatkan daya saing. Sebab yang diajak kompetisi kini juga banyak pengembang luar yang membangun proyek perumahan di Bali. Sejumlah kawasan yang umumnya diminati konsumen luar Bali yakni, Canggu, Jimbaran, Kerobokan, dan Denpasar. Harga properti yang dicari juga bervariasi. Kisarannya mulai Rp 800 juta – Rp 1 miliar ke atas. Sementara itu untuk rumah murah lebih dominan di Tabanan dengan kisaran Rp 148,5 juta – Rp 500 juta per unit.
“Untuk rumah murah peluang yang tak kalah ditunggu – tunggu yakni pasar milenial yang kini oleh pemerintah telah disiapkan fasilitas kredit khusus tanpa mengkreteriakan batasan gaji seperti program sejuta rumah,” imbuh pengembang asal Semarang ini. *gun/editor rahadi