SEKTOR pertanian memang selama ini tak terlalu menikmati hasil dari kemajuan pariwisata Bali. Termasuk dalam konferensi internasional terbesar IMF – Bank Dunia yang berlangsung sukses beberapa waktu lalu. Jika sektor pariwisata disinyalir mendapat keuntungan besar dari gelaran tersebut, lalu bagaimana dampak IMF-Bank Dunia pada sektor pertanian Bali?
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa (FP Unwar), Dewa Nyoman Sadguna menilai, dalam jangka pendek, gelaran internasional itu memang belum dirasakan di bidang pertanian. Namun, ia optimis efeknya akan berimbas dalam jangka panjang, dengan catatan ada komitmen bersama pemerintah beserta unsur lainnya.
Melalui pertemuan IMF-Bank Dunia pertumbuhan ekonomi Bali diperkirakan akan meningkat. Secara makro tentu diharapkan berdampak pada bidang pertanian. “Jika pariwisata meningkat, permintaan produk akan meningkat, karena wisatawan akan banyak datang. Restoran-restoran akan kembali bergeliat,” jelasnya saat ditemui di Fakultas FP Unwar, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, peluang tersebut semestinya dapat dibaca secara jeli oleh pelaku sektor pertanian, mulai dari petani hingga yang terlibat dalam sektor distribusi dan jasa. Daya kreatif para petani hendaknya terus diasah. Tentu, dalam hal ini pemerintah dan unsur-unsur pendukung lain termasuk perguruan tinggi harus turut ambil bagian, memberi pembinaan kepada petani.
Di sisi lain, ancaman-ancaman di bidang pertanian juga wajib dipetakan lebih matang. Jika pariwisata di Bali benar-benar menggeliat akibat IMF- Bank Dunia, lahan-lahan pertanian hendaknya menjadi objek pertama yang harus dilindungi. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, pariwisata seringkali “meringkus” pertanian. Lahan-lahan pertanian dialihfungsikan, guna memenuhi akomodasi pariwisata. Pariwisata menanjak, pertanian pun terhimpit.
“Sejatinya wacana ini tak pernah usai, sehingga harus ada penyadaran, pelatihan dan pendampingan. Jika kita kembali ke budaya, semestinya jika ingin memahami budaya Bali, ya pahami dulu pertanian, karena adat dan budaya Bali kan berasal dari pertanian,” tandasnya.
Pemerintah diharapkan dapat mengambil peran yang lebih baik ke depannya. Program Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi) yang telah dicanangkan Pemerintah Bali era Gubernur Mangku Pastika diharapkan terus dioptimalkan. Dengan demikian, pertanian Bali tidak tercabut.
“Kalau di bidang budaya kan sudah ada gebrakan, seperti sekarang hari Kamis harus pakai busana adat Bali dan berbahasa Bali. Nah, ke depan bolehlah perhatiannya diarahkan lebih banyak ke sektor pertanian, yang juga merupakan akar budaya Bali,” harapnya. (pur)