Kredit Perbankan masih Berpotensi Tumbuh

262

Denpasar (Bisnis Bali) – Pada semester II 2018 ini tak dipungkiri berbagai tantangan masih membayangi kinerja perbankan. Kendati suku bunga acuan Bank Indonesia dan The Fed naik, perbankan masih memiliki peluang cerah untuk meningkatkan pertumbuhan kredit.

Pemerhati perbankan Dr. Yudhawan di Sanur, Minggu (30/9) kemarin mengatakan, tantangan yang mencuat menjelang akhir 2018 ini masih dari kebijakan The Fed menaikkan suku bunga acuannya dan beperngaruh kepada BI 7 DRR ikut menyesuikan. Kenaikan suku bunga The Fed rentan mengetatkan likuiditas pasar keuangan, sehingga penyaluran kredit perbankan makin terbatas.

“Walaupun saat ini masih dipengaruhi kenaikan suku bunga acuan The Fed dan BI 7DRR, bank masih bisa bisa meningkatkan pertumbuhan kredit sesuai harapan di kisaran 10-12 persen,” katanya.

Tantangan selanjutnya masih dari sektor global seiring kebijakan yang diambil Presiden Donald Trump terhadap Tiongkok. Dari dalam perbankan, kata dia, tentu rasio kredit bermasalah yang tinggi (NPL) yang harus ditekan karena akan memotong laba. Meski demikian, Yudhawan mengatakan, peluang tentu ada yang harus bisa diambil perbankan seperti membaiknya kondisi ekonomi dalam negeri dan tingkat kesehatan perbankan yang kian membaik.

 “Kami optimis perbankan masih mampu meraih peluang yang ada termasuk menekan NPL,” ucapnya.

Ia tidak memungkiri bila awal semester I lalu masih melambat, karena lambatnya pertumbuhan kredit di awal tahun ini merupakan tren di setiap tahun. Tetapi, pertumbuhan kredit masuk semester II tahun ini sudah kian membaik.

Hal sama dikatakan Area Manager Bali & Nusa Tenggara Bank Mega, Ardhana Febrianaji. Kata dia kondisi perbankan masih tumbuh baik sampai saat ini, kendati dari sisi KPR sedikit melambat tahun lalu. “Tapi pada 2018 kondisi kredit KPR sudah jauh lebih baik,” katanya.

Menurut dia, industri perbankan diyakini akan menyambut baik berbagai kebijakan pemerintah dan bisa berpengaruh pada pertumbuhan kredit. Bayangan suku bunga acuan bank sentral AS yang naik kali ketiga pada September ini sudah disikapi pemerintah dengan  menaikkan BI 7DRR. Harapannya inflasi terjaga dan rupiah tidak sampai jatuh kembali.

“Dengan BI 7DRR yang naik, industri perbankan tentu tidak langsung melakukan penyesuaian suku bunga,” ujarnya.

Soal suku bunga bank, pihaknya mengakui tidak kejar keuntungan sebesar-besarnya karena akan percuma jika bunga naik namun debitur mengalami kesulitan membayar, malah berimbas pada bank. Inilah membuat bank saat ini belum menaikkan suku bunga, kecuali bagi nasabah baru yang mengajukan kredit baru ada penyesuaian bunga 0,5-1 persen.  (dik)