Penerapan B-20 Diyakini Tekan Defisit Transaksi Berjalan

255

Mangupura (Bisnis Bali) – Mulai 1 September 2018, pemerintah akan menerapkan kebijakan menggunakan biodisel (B-20) yaitu bahan bakar dari minyak yang dicampur dengan pengolahan kelapa sawit. Pelaksanaan kewajiban pencampuran penggunaan biodiesel sebanyak 20 persen pada bahan bakar minyak (BBM) ini, diakui Bank Indonesia (BI) untuk menekan defisit transkasi berjalan.

“Kami menyambut posistif upaya pemerintah melalui penerapan B-20 karena selain menurunkan volume impor minyak juga salah satu upaya menurunkan defisit transaksi berjalan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Kuta.

Pengelolaan defisit transaksi berjalan perlu dilakukan agar tetap terkendali, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang gonjang-ganjing seperti saat ini. Penurunan defisit transaksi berjalan agar tetap dalam kondisi normal tidak lebih dari 3 persen.

Dengan penerapan biodisel tersebut dapat menekan impor minyak dan memperbaiki neraca perdagangan dalam negeri. BI memperhitungkan bila B-20 mulai diterapkan 1 September, hingga akhir tahun dapat menekan impor minyak sekitar 2,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

“Bila selama September-Desember bisa menekan impor minyak 2,2 miliar dolar AS maka tahun mendatang dengan 12 bulan penerapan B-20, kalkulasinya menurunkan nilai impor minyak kurang lebih 6 miliar dolar AS,” terangnya.

Keuntungan lainnya yaitu CPO minyak kelapa sawit asal Indonesia akan makin banyak digunakan sehingga harga minyak sawit naik. Selama ini Indonesia merupakan negara pemasok terbesar kelapa sawit sehingga jika harga kepala sawit naik maka produksi akan bertambah dan nilai ekspor kelapa sawit akan ikut naik.

“Kenaikan dari ekspor kelapa sawit kisaran 4-5 miliar dolar AS yang tentunya akan terasa manfaat peningkatannya tahun depan,” paparnya.

Itu berarti jika dalam setahun bisa menekan nilai impor minyak kurang lebih 6 miliar dolar AS ditambah pendapatan dari ekspor kelapa sawit 4-5 miliar dolar AS maka 10 miliar dolar AS bisa didapatkan dari penerapan biodiesel tersebut.

“Berarti pula defisit transaksi berjalan bisa lebih baik, ketahanan ekonomi juga bisa lebih kuat,” paparnya.

Ia pun menyampaikan untuk menekan defisit transaksi berjalan selanjutnya bisa dengan menggenjot pariwisata. (dik)