KEBUTUHAN masyarakat terhadap komoditas kedelai cukup tinggi, khususnya untuk membuat tempe tahu. Pemerintah kerapkali harus mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sayangnya, petani di Bali kurang tertarik menanam kedelai.
KabidĀ Tanaman Pangan dan Holtikultura, DinasĀ Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan (DistanTP) Provinsi Bali, I Wayan Sunarta mengatakan, harga kedelai tergolong masih rendah yaitu sekitar Rp 6.000/kg di tingkat petani, sehingga petani di Bali kurang tertarik untuk menanamnya. “Petani lebih memilih menanam komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Seperti semangka, melon, sayur-mayur atau taman bunga, yang nilai jualnya lebih tinggi,” tuturnya.
Khusus di Bali karena harga lahan mahal, petani memilih untuk mengembangkan komoditas yang nilai jualnya lebih tinggi. “Tetapi sebenarnya kami tetap menyarankan petani untuk menanam kedelai karena mampu mengikat unsur N, yang sangat membantu dalam memperbaiki kondisi tanah. Tetapi kami tidak dapat memaksa petani untuk menanam kedelai,” tukasnya.
Namun ke depan dengan menanam kedelai, akan memberikan nilai tambah pada tanaman padi.Ā (pur)