Denpasar (Bisnis Bali)- Bros pengantin atau pasangan, jarang dibutuhkan masyarakat, kecuali saat akan melaksanakan upacara pernikahan. Meski demikian, para perajin perhiasan emas dan perak, di Desa Undisan, Tembuku – Bangli tetap membuat bros pengantin dengan mengikuti tren perhiasan yang sedang diminati masyarakat Bali.
Ibu Mantra, perajin perhiasan emas dan perak, di Desa Undisan, Tembuku – Bangli mengatakan, sebagai perajin spesialisasi payas pengantin dan penari Bali pihaknya tetap mengikuti tren dalam membuat perhiasan pengantin. “Sekarang bros pengantin yang sedang tren, yang berbentuk bunga. Kalau sebelumnya motif Borobudur cukup lama menjadi tren, sekarang mulai bergeser ke motif bunga,” tuturnya.
Untuk ukuran tetap berukuran besar paling disukai pasar. “Kalau untuk pengantin memang ukuran besar yang paling diminati, karena agar terlihat mencolok dibandingkan yang lainnya,” ucapnya sambil membandingkan ukuran bros besar dan yang kecil.
Ditambahkan, penggunaan batu permata asli tetap mendominasi karyanya, karena pada batu tersebut merupakan daya tarik yang membuat sebuah bros tampil cantik. Meski bersaing dengan produk alpaka yang harganya sangat murah, ia mengaku tidak khawatir karena telah memiliki pelanggan yang fanatik pada perak. (pur)