BUAH lokal seperti durian, rambutan, manggis dan wani saat ini sudah mulai berlimpah dan sudah memenuhi pasar. Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata, tentu mengharapkan hasil produksi pertanian mampu diserap dan memberi keuntungan bagi petani. Akankah keberadaan buah lokal dilirik dan menjadi primadona industri pariwisata? Berikut laporannya.
Mendekati Maret, pasokan buah lokal di Bali mulai melimpah yang terus terjadi tiap tahunnya. Keberadaannya pun saat ini telah banyak di pasaran, dan memberikan banyak pilihan bagi masyarakat dengan harga yang relatif murah. Meski demikian, sebagian pedagang mengakui, permintaan buah lokal belum menjadi pilihan pengusaha pariwisata seperti hotel dan restoran yang menjadi sektor andalan penyerapan hasil pertanian di Bali.
Salah seorang pedagang buah di Pasar Badung Jln. Cokroaminoto Denpasar, Sang Ayu Anggawati, mengatakan, persentase penjualan buah di pasaran yang untuk melayani kebutuhan hotel dan restoran masih cenderung kepada buah impor. Hal ini dikarenakan, kebutuhan restoran dan hotel lebih mengarah kepada buah impor. ”Seperti halnya jeruk yang lebih dipilih adalah jenis sankist demikian juga apel, yang lebih dipilih adalah apel fuji. Hal ini untuk mendukung kebutuhan wisatawan untuk beberapa jenis makanan, seperti salad dan sebagainya,” katanya.
Senada dengan itu, pedagang lainnya, di tempat yang sama, Jero Wiwik juga mengatakan, kebutuhan restoran dan hotel lebih cenderung kepada buah impor sehingga penjualan masih didominasi buah impor. Ia mengaku, jenis buah impor yang paling diminati sektor pariwisata adalah salah satunya sankist.
Wakil Ketua Umum DPP Indonesia Hotel General Manager Asociation (IHGMA), I Made Ramia Adnyana mengatakan, sektor perhotelan saat ini telah menggunakan 21 jenis buah lokal. Seperti halnya pisang, salak, semangka, rambutan, jeruk, markisa, alpukat, pepaya, nanas, termasuk manggis yang saat ini sedang musim.
Ia menambahkan, penggunaan buah lokal masih terus digunakan sepanjang kualitas, kuantitas dan kontinyuitas tetap terjaga. ”Buah lokal yang kualitasnya bagus, tetap diprioritaskan karena produk lokal harganya lebih bersaing daripada buah impor,” katanya. (wid)