Tabanan (Bisnis Bali) –Menudukung gerakan penghijauan dan sekaligus menopang ekonomi pedesaan, kini sejumlah petani di Kabupaten Tabanan mencoba untuk mengembangkan tanaman matoa. Pengembangan salah satu tanaman asli Papua tersebut merupakan bantuan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung Bali dalam rangka kerja sama pemanfaatan hutan serbaguna di Kecamatan Pupuan.
Pengelola P4S Batur Sari, Desa Munduk Temu, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, Ketut Suardika, S.E., di Tabanan, Minggu (28/1) mengungkapkan, tahun ini mendapat bantuan 1.890 bibit matoa dalam rangka pemanfaatan hutan serbaguna di kawasan agrowisata di Desa Wisata Munduk Temu. Nantinya, bantuan bibit tersebut akan dikembangkan sebagai sentranya berlokasi di Banjar Kebonjero dan sebagai daerah pendukungnya dikembangkan sewilayah Desa Munduk Temu, Pupuan, Tabanan.
“Tanaman matoa ini merupakan usulan dari masyarakat di Desa Munduk Temu melalui Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung ke Kementrian Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan belum lama ini,” tuturnya.
Jelas Suardika, dipilihnya tanaman matoa karena selain merupakan program penghijauan dan sesuai dengan kondisi cuaca maupun alam yang ada, pengembangan tanaman tersebut juga dalam rangka upaya mendukung program di Desa Munduk Temu yang mengembangkan desa wisata. Katanya, dengan tanaman matoa itu akan mampu menarik minat wisatawan untuk datang, karena wisatawan yang datang bisa mendapatkan hal berbeda yang tidak ditawarkan oleh desa wisata lainnya selama ini.
“Matoa nantinya kami harapkan bisa jadi daya tarik wisata tambahan, selain dari komoditi salak gula pasir dan kopi yang dikenal dengan nama kopi leak produksi dari desa Munduk Temu,” ujarnya. (man)