DI Kabupaten Buleleng terdapat beberapa wilayah penghasil gula aren. Hal itu didukung banyaknya pohon aren yang masih produktif tumbuh di perkebunan milik masyarakat. Namun seiring perkembangan teknologi, saat ini jumlah produsen gula aren kian berkurang. Hal itu dikarenakan prospek gula aren dipandang kurang menjanjikan. Selain itu, minimnya regenerasi dari kalangan anak muda untuk menjadi petani aren menjadi salah satu penyebabnya.
Seperti di Desa Munduk Bestala, Kecamatan Seririt Buleleng. Selain terkenal dengan sektor pertanian yang potensial, Desa Munduk Bestala juga terkenal sebagai penghasil gula aren. Namun beberapa tahun belakangan ini, petani aren kian berkurang sehingga jumlah produsen gula aren turut mengalami penurunan,
bahkan sebagian petani aren memilih beralih budi daya seperti cengkeh. Sejumlah petani beralasan beralih karena proses produksi gula aren yang cukup rumit serta membutuhkan keahlian khusus tidak sebanding dengan nilai jual yang didapatkan di pasaran sehingga prospek ekonominya kurang menjanjikan.
Nyoman Geden, salah satu petani aren dari Desa Munduk Bestala yang masih bertahan di tengah banyaknya petani yang beralih budi daya tidak menampik jika jumlah pohon aren yang ada di Desa Bestala mencapai ribuan dari yang kecil hingga yang sudah tua. Namun tidak diimbangi dengan jumlah petani yang memadai serta harga jual gula aren yang tidak sebanding dengan biaya produksi.
“Jumlah petani aren setiap tahun makin berkurang. Anak muda jarang berminat dengan profesi petani aren ini dikarenakan cara pengolahan penadah aren memerlukan keahlian khusus sementara di Desa Bestala yang tersebar di beberapa kebun warga pohon aren jumlahnya mencapai ribuan,” ungkapnya. (ira)