Denpasar ( Bisnis Bali) – Desember 2017 lalu indeks Nilai Tukar Petani (NTP) pada subsektor tanaman pangan di Provinsi Bali alami lonjakan. Menariknya, subsektor tanaman pangan menjadi satu-satunya mengalami lonjakan dari lima subsektor yang ada pada periode tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Adi Nugroho di Denpasar, belum lama ini mengungkapkan, NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian.
“Indeks NTP ini diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Artinya, semakin tinggi indeks NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani saat itu,” tuturnya.
Jelas Adi, secara umum penghujung 2017 lalu NTP pulau dewata tercatat mengalami penurunan 0,56 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dari 104,51 menjadi 103,93. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga barang-barang hasil produksi pertanian yang lebih kecil daripada kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar oleh petani.
Indeks harga yang diterima petani dari hasil pertaniannya (It) mencapai 130,64 atau naik 0,07 persen dibandingkan November 2017 yang mencapai 130,55, sedangkan Indeks yang dibayar petani Desember 2017 tercatat mengalami kenaikan 0,63 persen dari 124,91 pada November menjadi 125,70. (man)