Gianyar (Bisnis Bali) – Upaya untuk meningkatkan potensi wisata Bali khususnya Kabupaten Gianyar terus dilakukan. Peningkatan potensi wisata kali ini bertajuk Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona yang digelar di Area Parkir Monkey Forest Ubud, Selasa (5/12).
Hadir dalam acara tersebut, Plt. Kabid Internalisasi dan Pengembangan Sadar Wisata Kementerian Pariwisata Arum Damarintyas, tenaga ahli dari Kemenpar Sigit Gunarjo Sawiono, Kadis Pariwisata Kabupaten Gianyar Anak Agung Ari Brahmanta, Penglingsir Puri Agung Ubud Cokorda Gde Putra Sukawati, Penglingsir Puri Agung Peliatan Cokorda Gede Putra Nindia, Bendesa Adat Padang Tegal I Made Gandra dan undangan lainnya. Acara dibuka dengan pemberian alat kebersihan dan dilanjutkan dengan kegiatan bersih-bersih yang dilakukan oleh peserta, setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan narasumber.
Ari Brahmanta mengatakan, akan mencoba melaksanakan program-program yang telah dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata. Ia juga menyayangkan keadaan objek wisata yang begitu indahnya di Kabupaten Gianyar tidak didukung oleh fasilitas toilet yang bersih serta keadaan infrastruktur dari Bandara I Gusti Ngurah Rai menuju Gianyar khususnya Ubud masih sangat memprihatinkan. “Kita (Kabupaten Gianyar) memiliki potensi destinasi terbanyak di Bali, Gianyar memiliki 7 museum dan 61 destinasi dan destinasi terfavorit adalah Monkey Forest Ubud,” kata Ari Brahmanta.
Ia juga mengucapkan terimakasih kepada Desa Padangtegal dalam konsep pengembangan destinasi wisata yang telah memenuhi kriteria standar internasional yang ke depannya juga akan menjadi central parkir Ubud dan akan menyediakan suttle bus yang diadakan secara swadaya untuk membantu kelancaran lalu lintas.
Pasar Ubud akan ditata kembali karena Pasar Ubud menampilkan konsep wisata yang sangat baik. Di sana ada pasar tradisional dan pasar seni karena sekarang kondisinya sangat memprihatinkan akibat banyaknya sampah dan fasilitas seperti toilet yang kurang memadai. Sesuai target 5 juta kunjungan wisatawan ke Bali, Ubud telah menerima 2,5 juta kunjungan wisatawan. Mengingat adanya penutupan bandara beberapa waktu lalu, dan mengantisipasi penurunan jumlah wisatawan ke Bali akibat penutupan bandara tersebut, Ari Brahmanta berharap ada suatu konsep manajemen transportasi dan informasi. Yang mana wisatawan yang akan berkunjung ke Bali diarahkan menempuh jalur darat melalui Surabaya. Tentu saja disertai dengan fasilitas yang memadai dan waktu kunjungan yang lebih lama.
Penglingsir Puri Peliatan, Cok Nindia menjelaskan, pada awalnya Gianyar memiliki 2 konsep pengembangan pariwisata yaitu Desa Lebih dengan pantainya dan Ubud. Namun, karena abrasi yang terlalu besar dan pantai dengan pasir hitam menyulitkan Desa Lebih untuk berkembang, namun sebaliknya Ubud dengan konsep pedesaan berkembang dengan sangat pesat.
Ia juga mendukung pernyataan Ari Brahmanta mengenai infrastruktur menuju Ubud yang kurang memadai sehingga terjadi kemacetan jalan menuju Ubud dari airport di mana kemacetan dimulai dari Singapadu. Adapun solusi yang ia tawarkan yaitu adanya suatu jalan utama dari Bypass Darma Giri menuju Mengwi, “Sebenarnya konsep ini telah ada saat kepemimpinan Bupati Cokorda Budi Suryawan, namun sampai sekarang belum terealisasi entah di mana kendalanya saya kurang tahu,” katanya.
Penglingsir Puri Ubud, Cokorda Putra memaparkan bahwa Ubud memiliki konsep pedesaan dengan presentasi budaya yang dikemas secara menarik untuk menarik wisatawan.
Cok Nindia mengatakan betapa indahnya Ubud pada saat hari raya Galungan yang dihiasi penjor suasana malam yang begitu hening dengan suara jangkrik, cicak dan tokek akan menambah kenyamanan bukan dengan kelap kelip lampu diskotik. Namun ia juga menyayangkan adanya parkir di bahu jalan yang mengurangi luas jalan dan menyebabkan kemacetan.
Melihat masyarakat begitu antusias, Anggota DPR, Putu Supadma Rudana akan memfasilitasi perkembangan pariwisata Bali dan Gianyar pada khususnya. Ia sangat mengapresiasi konsep pariwisata Bali yang mengusung konsep Tri Hita Karana dengan taksu-nya dan bentuk nyatanya ada di Monkey Forest Ubud. Berkaitan dengan konsep destinasi wisata yang baik dan memiliki kontribusi besar terhadap desa, ia menambahkan agar pariwisata tidak hanya berpatokan pada jumlah kunjungan, tapi juga harus melihat kualitas dari kunjungan wisatawan.
Bendesa Adat Desa Padang Tegal I Made Gandra mengucapkan terimakasih kepada pemerintah dengan dilaksanakannya gerakan sadar wisata di desanya. Ia berharap Desa Padang Tegal menjadi motivasi perkembangan pariwisata kedepannya karena Padang Tegal dan Ubud merupakan roh dari pariwisata Bali. “Karena kami yakin segala sesuatu bersumber dari tengah dan inti pasti ada di tengah, Ubud juga merupakan wakil Indonesia sebagai wisata nasional kawasan strategis pariwisata,” ujarnya. (kup)