Pengelola Hotel Harapkan Pemerintah Atasi Pemberitaan Negatif Media Asing 

446

Gianyar (Bisnis Bali) – Kalangan pengelola hotel di Bali mengakui erupsi Gunung Agung membawa dampak pada jumlah unit hotel yang sudah dipesan (okupansi).

“Ditambah lagi adanya penutupan Bandara Ngurah Rai dan pemberitaan media negara asing yang kurang mendukung pariwisata Bali, ikut mempengaruhi okupansi hotel,” kata Managing Director Champlung Hotels and Resorts, Agus P. Widura di Ubud, Jumat (1/12).

Didampingi Ketua Ubud Hotel Association (UHA) Pande Mahayana Adityawarman, ia mengatakan, penutupan bandara tentu sangat besar pengaruhnya, karena ini mempengaruhi minat wisatawan datang ke Bali. Wisatawan mancanegara dari Eropa, Australia, Tiongkok, Jepang maupun India sebenarnya banyak yang ingin datang ke Bali pada Desember ini, namun masih ada kekhawatiran tidak bisa balik karena ditutupnya bandara.

“Ini yang menjadi pertanyaan wisatawan mancanegara mereka bisa ke Bali, tetapi berpikir baliknya bisa tidak karena erupsi Gunung Agung. Ini mempengaruhi okupansi hotel,” ujarnya.

Itu terlihat dari jumlah okupansi yang turun untuk momen akhir tahun hingga 50 persen dari estimasi rencana awal. Tanpa ada penutupan bandara, momen akhir tahun yang umumnya ramai pertengahan Desember hingga Januari running tumbuh 80 persen kini drop 40 persen.

Belum lagi adanya berita media asing yang kesannya dibuat-dibuat. Satu contoh ada pemberitaan media asing berjudul “Bali Holiday Hell”, ini tentu saja salah seakan Bali seolah-olah sudah neraka karena dampak erupsi Gunung Agung. “Kondisi ini tentu mempengaruhi minat wisatawan ke Bali,” katanya.

Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah bisa turun tangan untuk melakukan antisipasi atau mengatasi pemberitaan media luar. Pemerintah perlu mengeluarkan statemen Bali aman dikunjungi agar dunia pariwisata di Pulau Dewata kembali tumbuh.

Ia menilai, berita media asing bukanlah black campain yang ingin menjatuhkan pariwisata Bali, tetapi karena kurangnya informasi yang diterima jurnalis luar sehingga informasi yang setengah-setengah ini dikonsumsi publik. “Akibatnya apa yang terjadi dan disampaikan tidak sesuai di lapangan,” katanya.

Di sinilah pelaku hotel berharap peran aktif pemerintah untuk meredam informasi media asing diperlukan. Contoh di Thailand, pemerintahnya sangat cepat mengatasi kejadian yang di dalam negerinya, bukan saja apa yang sedang terjadi di Thailand juga ke pers media asing sehingga dampaknya ke Thailand tidak signifikan.

“Saya mengapresiasi upaya pemerintah yang berusaha menyiapkan tansportasi dari bandara ke pelabuhan Gilimanuk, termasuk imbauan free satu hari. Kini perlu ditambah lagi mengcover pemberitaan media luar karena jika tidak maka ke depannya itu bisa membahayakan pariwisata Bali,” tegasnya. (dik)