Tabanan (Bisnis Bali) – Selain diikuti peserta reguler, Workshop Uji Kompetensi Tata Rias Pengantin Bali Lelunakan dan Pusung Tagel juga diikuti oleh sejumlah pengungsi dari Karangasem. Sebelum mengikuti uji kompetensi ini, mereka (pengungsi) telah mengikuti pelatihan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Salon Agung selama satu bulan.
Salah seorang pengungsi dari Karangasem, Ketut Sri yang mengikuti kegiatan yang digelar harian Bisnis Bali bekerja sama dengan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Salon Agung, WHDI, serta Konsultan Retail dan Packaging, di Puri Agung Tabanan, Jumat (24/11) kemarin, berterima kasih dengan dilibatkan dalam pelatihan mengenai tata rias melalui LKP Salon Agung. Diakuinya, dari pelatihan yang telah dilalui selama sebulan, nantinya itu bisa menjadi bekal sekembalinya ke rumah dengan membuka usaha salon atau bahkan usaha kuliner karena selama pelatihan juga dibekali bagimana cara memasak.
“Selama sebulan berada di tempat pelatihan LPK Salong Agung banyak ilmu yang didapat, bahkan semua kebutuhan terkait pelatihan ditanggung semua oleh LPK Salon Agung,” tuturnya.
Beber Sri yang berasal dari dari Desa Pempatan, Kecamatan Rendang Karangasem ini, di bidang tata rias, pelatihan yang didapat mulai dasar, yakni mulai cara memegang alat rias, cara merias. Semua itu diakuinya, membuatnya yang awalnya sangat awam terhadap tata rias, kini ia menjadi tahu. Tidak hanya menjadi tahu tata rias jenis modifikasi, tetapi juga tata bisa menguasai untuk jenis tata rias madya, hingga payas agung.
Sementara itu, tim asesor (penguji) Dra. Nyoman Sumerti Pande dalam kesempatan tersebut mengungkapkan, pendidikan di bidang tara rias kecantikan dalam perkembangannya selalu mengalami inovasi dan sejalan dengan itu prospek bisnis ini sangat prospektif. Kondisi tersebut terjadi, meski saat ini cukup banyak lembaga pendidikan sejenis yang telah meluluskan anak didik di bidang tata rias kecantikan atau salon kecantikan.
“Saat ini makin banyak salon, diimbangi juga dengan makin banyaknya peminat atau konsumen dari usaha tersebut. Itu karena banyaknya orang yang ingin tampil cantik atau menarik dalam setiap kesempatan maupun acara sehingga usaha salon di Bali sangat menjanjikan,” tutur Ketua LKP Putra Intan itu.
Terkait keberadaan tim asesor, diakuinya, kini di Bali sudah memiliki tim asesor yang merupakan angkatan pertama dengan beranggotakan 14 orang. Target ke depannya, tim asesor ini berupaya untuk membuat standar dan memperbaiki tata rias dan berbusana adat Bali yang belakangan ini beberapa terkesan melenceng. (man)