Singaraja (Bisnis Bali) – Peminat pertunjukan wayang kulit kini makin menurun. Hal itu disebabkan selain karena perkembangan teknologi yang cukup pesat, juga kurangnya inovasi sehingga wayang kulit cenderung tampil monoton.
Menyikapi hal tersebut serta mengupayakan agar kesenian wayang kulit mampu bangkit kembali, Pemkab Buleleng dalam hal ini melalui Dinas Kebudayaan mencoba mengangkat kembali kesenian wayang kulit kolaborasi dengan kesenian bondres yang ditampilkan di Puri Kanginan Singaraja serangkaian Bulfest 2017.
Pertunjukan wayang bondres ini mengambil cerita dari geguritan I Lijah-lijah di mana inti cerita pertunjukan ini berupa pesan moral kepada generasi muda. Meski kedua kesenian ini yakni wayang kulit yang dimainkan oleh Gusti Made Aryana sebagai dalang atau yang lebih dikenal Dalang Sambroli dengan kesenian bondres dari Sanggar Sunari Bajra memiliki karakter yang sangat berbeda, akan tetapi kedua seni kolaborasi ini menampilkan gaya serta perannya masing masing dalam satu panggung hingga mampu menghibur dan mengundang tawa setiap penonton yang datang tidak terkecuali wistawan asing.
Mengingat kesenian kolaborasi ini merupakan kali pertama dipentaskan, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para seniman, seperti Ketut Wartadana salah satu seniman dari Sanggar Sunari Bajra pemeran I Lijah-lijah.
Pemeran utama dalam cerita wayang bondres ini, Ketut Wartadana mengungkapkan, meski latihan kolaborasi wayang dengan bondres kali ini hanya satu minggu, akan tetapi dengan optimisme seluruh seniman baik dari Dalang Sambroli serta Sunari Bajra, yakin ke depan kesenian ini mampu dikenal oleh khalayak ramai serta menjadi salah satu kesenian inovatif yang nantinya mampu mendorong peningkatan pariwisata di Bali Utara.
“Kendalanya hanya penguasaan materi dan improvisasi karena dalam pementasan wayang bondres ini hanya ada script dan tidak ada dialog, jadi kita harus kreatif dengan menampilkan semaksimal mungkin kemampuan yang kami miliki,” ungkapnya. (ira)