Kembangkan “Black Garlic”, Perajin Terkendala Bahan Baku

547

Tabanan (Bisnis Bali) – Dipercaya memiliki segudang manfaat bagi kesehatan tubuh, kondisi tersebut membuat potensi pasar Black Garlic atau olahan bawang putih lokal ini menjadi menjanjikan saat ini. Sayangnya, potensi tersebut tak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku di pasaran karena jumlahnya masih terbatas selama ini.

Salah satu perajin Black Garlic di Desa Babahan Penebel, I Gede Made Dwi Adi Arsa, di Tabanan, Jumat (20/4) mengungkapkan, pengembangan Black Garlic ini dimulai sejak November 2017. Akuinya, olahan tersebut diawali karena melihat harga bawang putih lokal yang cukup murah, yakni hanya mencapai Rp 25 ribu per kg di tingkat petani.

Semenjak dibuatnya produk Black Garlic, petani bawang putih lokal bisa meraup untung lebih banyak dibandingkan menjual ke pengepul. Sebab, dalam membeli bahan baku ke petani pihak pengrajin menentukan harga mencapai Rp 40.000 per kg.

“Sayangnya, kendala saat ini adalah masih terkait pemenuhan bahan baku. Sebab, bahan baku terbatas. Karena sudah tidak banyak lagi petani yang menanam bawang putih lokal,” tuturnya.

Jelas Dwi Adi, sebenarnya pada era 1980-an Desa Babahan Penebel terkenal sebagai penghasil bawang putih lokal. Kemudian keberadaan bawang putih lokal ini semakin tergusur dan kalah saing dengan adanya bawang putih impor. Saat ini meski masih ada produksinya, hanya petani fanatik saja yang masih menanam bawang putih lokal.  (man)