Bawang Merah dan Cabai Tahan Laju Inflasi di Bali

149
TAHAN INFLASI - Komoditas pangan seperti bawang merah, cabai rawit menahan laju inflasi di Bali dengan memberikan sumbangan negatif, pada Maret 2024.

Denpasar (bisnisbali.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat pada bulan Maret 2024 secara year on year (y-on-y), Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 3,67 persen dengan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2022=100) sebesar 106,94. Inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Tabanan sebesar 3,95 persen dengan IHK sebesar 109,21 dan inflasi terendah tercatat di Kota Denpasar sebesar 3,43 persen dengan IHK sebesar 106,85.

Namun sejumlah komoditas pangan seperti  bawang merah, cabai rawit, dan minyak goreng menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif. Selain itu komoditas penahan laju inflasi lainnya di antaranya bahan bakar rumah tangga, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, tongkol diawetkan, sabun cair/cuci piring, bensin, sabun mandi cair, detergen cair, telepon seluler, kacang panjang, ikan cakalang/ ikan sisik, bayam, tissu, pakaian bayi, sabun mandi, tarif kendaraan roda 2 online, baju kaos berkerah pria, dan jaket pria.

Kepala BPS Bali, Endang Retno Sri Subiyandani di Denpasar, Senin (1/4) menyampaikan, perkembangan harga berbagai komoditas pada Maret 2024 di Provinsi Bali yang diwakili Kota Denpasar, Singaraja, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan secara tahunan menunjukkan adanya kenaikan.

Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Bali di 4 kabupaten/kota tersebut, pada Maret 2024 terjadi inflasi y-on-y setinggi 3,67 persen, atau mengalami kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 103,15 pada Maret 2023 menjadi 106,94 pada Maret 2024.

Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender (year to date/y-to-d) Maret 2024 tercatat inflasi sebesar 1,46 persen, sedangkan inflasi bulanan (m-to-m) tercatat inflasi sebesar 0,93 persen.

“Inflasi tahunan (y-on-y) terjadi karena naiknya harga komoditas-komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya IHK pada sembilan kelompok pengeluaran,” katanya.

Kenaikan itu yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau naik setinggi 8,77 persen, kelompok pakaian dan alas kaki setinggi 1,74 persen, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga setinggi 0,14 persen. Kemudian, kelompok kesehatan setinggi 1,99 persen, kelompok transportasi setinggi 0,91persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya setinggi 2,46 persen, kelompok pendidikan setinggi 3,24 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran setinggi 2,63 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya setinggi 2,85 persen.

Sementara itu, dua kelompok tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga turun sedalam 0,06 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sedalam 0,02 persen.

Pada Maret 2024, kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau setinggi 2,64 persen, kelompok pakaian dan alas kaki setinggi 0,08 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga setinggi 0,02 persen, kelompok kesehatan setinggi 0,05 persen, kelompok transportasi setinggi 0,10 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya setinggi 0,04 persen, kelompok pendidikan setinggi 0,22 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran setinggi 0,25 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya setinggi 0,27 persen.

“Sementara komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-t-m pada bulan Maret 2024 antara lain daging ayam ras, beras, telur ayam ras, cabai rawit, canang sari, tomat, pisang, buncis, nasi dengan lauk, bawang putih, kue kering berminyak, semangka, mobil, jeruk, buah naga, angkutan udara, sawi hijau, pepes, bahan bakar rumah tangga, dan kacang panjang,” jelasnya.

Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif m-t-m, antara lain cabai merah, dan kentang. *dik