Antisipasi Kemarau,Usaha Penggilingan Padi Fokus Penuhi Stok Gabah 

Harga beras diprediksi makin mahal di pasaran khususnya pada Juni dan Juli mendatang.

159
KIRIM BERAS - Pengiriman beras di salah satu usaha penggilingan padi di Kabupaten Tabanan.

Tabanan (bisnisbali.com)–Harga beras diprediksi makin mahal di pasaran khususnya pada Juni dan Juli mendatang. Mengantisipasi hal itu, sejumlah usaha penggilingan padi di Kabupaten Tabanan atau Perpadi fokus memenuhi stok gabah untuk mencukupi kontinuitas kebutuhan pelanggan pada periode tersebut.

Ketua Perpadi Tabanan, Ketut Budiarta, Rabu (3/5), menyatakan harga beras akan semakin mahal nantinya. Hal itu seiring berakhirnya panen raya yang dimulai Maret lalu dan potensi dampak musim kemarau yang terjadi pada Juni dan Juli mendatang. “Harga beras kemungkinan semakin tinggi, kalau tidak ada upaya menstabilkan harga oleh Bulog. Sebab, saat ini saja sudah tidak ada panen, apalagi pada Juni dan Juli nanti yang merupakan musim kemarau,” terangnya.

Saat ini harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sudah naik menjadi Rp5.800 per kilogram dari posisi minggu lalu Rp5.000 per kilogram. Begitu pula harga beras di tingkat usaha penggilingan naik ke posisi Rp11.400 per kilogram. Kemungkinan harga beras bergerak naik lagi menyentuh Rp12.000 per kilogram seperti yang terjadi pada awal tahun 2023 lalu.

Sebagai langkah antisipasi agar bisa menjaga kontinuitas penyaluran beras ke sejumlah langganan, pihaknya tengah menggenjot jumlah stok gabah hasil panen petani lokal untuk disalurkan dalam bentuk beras pada Juni dan Juli mendatang. Saat ini stok gabah yang sudah dimiliki di gudang berkisar 50-100 ton.

“Stok gabah itu kami atur kadar air atau tingkat kekeringannya berada di bawah 14 persen, sehingga memiliki umur simpan dan tidak menurunkan kualitas beras yang dihasilkan ketika digiling nanti,” ujar Budiarta.

Hal senada disampaikan pengusaha penggilingan, A.A. Made Sukawetan. Menurutnya ada potensi harga beras akan terus bergerak naik dalam waktu dekat. Pertimbangannya, hasil panen padi sudah jauh menurun dibandingkan  bulan sebelumnya dan dampak musim kemarau yang kemungkinan berpengaruh pada luas produksi.

“Saat ini saja jumlah gabah sudah lebih sedikit dibandingkan musim panen lalu. Apa lagi bulan depan karena dipengaruhi musim kemarau. Kemungkinan itu akan menaikkan harga beras di pasaran,” paparnya. *man