Denpasar (bisnisbali.com) –Kondisi perbankan dalam hal ini bank umum dan BPR di Bali hingga triwulan II 2020 mengalami pertumbuhan yang terkontraksi akibat pandemi covid-19. Itu terlihat dari kinerja aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit hingga rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) bank umum dan BPR yang mengalami penurunan.
Ekonom Ahli Kelompok Koordinator Assesmen Ekonomi Keuangan Regional dan Advisory Daerah KPw BI Bali, M. Setyawan Santoso pada saat webinar Surya (survai bicara) di Renon, Jumat (17/7) mengatakan, kondisi perbankan di Bali tidak jauh berbeda dibandingkan perbankan nasional. Kinerja perbankan di Indonesia sebenarnya sudah tumbuh cukup bagus mengingat perbankan memiliki kelibihan yaitu tidak terpengaruh PSBB.
Kendati demikian di tengah covid -19, berdasarkan survai yang dilakukan KPw BI Bali menunjukkan pada triwulan II – 2020, perkembangan aset dan DPK bank umum menunjukkan perlambatan bahkan penurunan.
Pertumbuhan aset bank umum mengalami kontraksi dari 5,67 persen pada Desember 2019) menjadi -0,67 persen pada Juni 2020. Sementara itu, penghimpunan DPK mengalami perlambatan dari 8,71 persen (Desember 2019) menjadi 0,9 persen pada Juni 2020 dengan penurunan terdalam oleh pengimpunan giro yang mengalami kontraksi.
Begitupula perkembangan kredit di Bali menunjukkan perlambatan dari 2019 yakni dari 7,38 persen menjadi 2,52 persen. Kontraksi kredit terutama dialami oleh kredit korporasi yang turun -3,5 persen (yoy)sementara itu kredit rumah tangga (RT) melambat menjadi 0,8 persen (yoy).
“Perlambatan pertumbuhan kredit terutama bersumber dari kredit investasi yang terkontraksi serta menurunnya penyaluran kredit untuk industri pengolahan. Berdasarkan kategori debitur, penurunan kredit lebih dalam ditunjukkan oleh kredit UMKM,” ujarnya.
Deputi Direktur KPw BI Bali ini menyebutkan perkembangan kredit berdasarkan jenis penggunaannya untuk konsumsi mencapai 38 persen, modal kerja 36 persen dan investasi 25 persen. Sedangkan kredit di UMKMyaitu non-UMKM 55 persen dan UMKM 45 persen.
Dari sisi kualitas kredit diakui mengalami penurunan ditunjukkan dari meningkatnya NPL serta Loan at Risk (LAR). NPL bank umum meningkat dari 2,87 persen pada Desember 2019 menjadi 2,96 persen pada Juni 2020. Sementara itu LAR juga meningkat sejalan dengan adanya restrukturisasi kredit.
Lebih lanjut Emsan biasa ia disebut menjelaskan berdasarkan survai perbankan nasional juga menunjukkan pertumbuhan triwulanan kredit baru pada triwulan II-2020 menurun dari periode sebelumnya. Penurunan terbesar ditujukan untuk kredit investasi. Namun kebijakan penyaluran kredit pada triwulan III-2020 diperkirakan lebih longgar. Prioritas utama penyaluran kredit di triwulan III adalah untuk kredit modal kerja diikuti dengan kredit investasi dan kredit konsumsi.
Kondisi sama juga terjadi di BPR. Menurutnya pada April 2020, pertumbuhan DPK BPR mengalami perlambatan bahkan lebih dalam dari bank umum. Pertumbuhan DPK BPR pada 2019 mencapai 15,17 persen turun menjadi 4,80 persen pada April 2020. Penghimpunan dana di BPR didominasi oleh deposito dengan pangsa mencapai 75 persen.
“Perlambatan tersebut dialami oleh penghimpunan tabungan maupun deposito,” ucapnya.
Penyaluran kredit BPR mengalami perlambatan dari 8,3 persen di 2019 menjadi 5,59 persen pada April 2020. Melambatnya penyaluran kredit tersebut disebabkan oleh melambatnya kredit untuk investasi. Sementara itu pertumbuhan kredit UMKM hanya 3,71 persen.
Kualitas kredit BPR juga mengalami penurunan dibanding Desember 2019. NPL pada Desember 2019 mencapai 7,58 persen meningkat menjadi 8,92 persenpada April. NPL yang lebih tinggi ditunjukkan oleh debitur UMKM serta ditujukan untuk kredit investasi.*dik