Tenun Cagcang Jembrana, Warna Alam Lebih Diminati  

Tenun songket  cagcang yang merupakan ciri khas Kabupaten Jembrana,  saat ini makin banyak peminatnya seiring dengan  penggunaan busana adat Bali tiap Kamis.

607
Tenun cagcang Jembrana dipamerkan di Art Center Denpasar.

Denpasar (bisnisbali.com) –Tenun songket  cagcang yang merupakan ciri khas Kabupaten Jembrana,  saat ini makin banyak peminatnya seiring dengan  penggunaan busana adat Bali tiap Kamis. Pembinaan Tim Penggerak PKK Kabupaten Jembrana, Sri Wiratih, ditemui dalam pameran kerajinan serangkaian Jambore PKK,  di Art center Denpasar mengatakan, imbauan pemerintah menggunakan produk lokal cukup berpengaruh terhadap minat masyarakat menggunakan tenun cagcag.

Sri Wiratih mengatakan meningkatnya minat masyarakat menggunakan tenun cagcag, mampu menggerakkan perekonomian dan membuat perajin tenun songket cagcag makin berkembang. “Sekarang lumayan ada peningkatan pembeli, semenjak ada kebijakan penggunaan busana adat Bali tiap Kamis. Dan adanya imbauan dari Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Ibu Koster untuk menggunakan produk daerah sendiri,” ungkapnya. Mulai dari kamben tenun ATBM sampai songket dan busana Bali makin laku di pasaran.

Terkait tren saat ini dikatakan sedang tren songket dengan warna alam. Songket alam ini lebih diminati oleh konsumen luar Bali termasuk wisatawan. Sementara masyarakat lokal masih tertarik pada songket dengan pewarna sintetis karena dari segi harga jauh lebih terjangkau. Untuk songket dengan pewarna alam harganya bisa 2 sampai 4 kali lipat dari harga songket yang menggunakan warna sintetis.

“Kalau songket dengan bahan katun dengan warna sintetis  Rp1,4 juta sedangkan songket dengan bahan semi sutra pewarna alam Rp 4 juta, jadi selisih harga lumayan jauh,” tandasnya.

Untuk bahan baku dikatakan pihaknya tidak ada kendala. Untuk pewarna alam, para perajin bisa mengolah sendiri, tinggal mengambil bahan – bahan yang diperlukan dari alam. “Apalagi untuk pewarna alam, kita bisa buat sendiri. Tapi memang membutuhkan proses dan waktu lebih panjang,” tukasnya sedangkan untuk pewarna sintetis, lebih mudah didapat. Hanya saja perajin harus datang ke Denpasar untuk membeli pewarna sintetis tersebut.

Songket tenun cagcag dengan motif bulan bintang dan bedeg-bedegan menjadi ciri khas tenun Jembrana. Motif bulan bintang dikatakan dari segi harga lebih terjangkau hanya dengan Rp 600 ribu sudah mendapatkan satu lembar kamben songket bulan bintang karena motifnya tidak full dan hanya pada tumpah saja. Sementara untuk motif bedeg – bedegan harganya lebih tinggi bisa mencapai Rp 1,2 juta karena full songket.

Meski kerajinan songket ini makin menggeliat, namun minat generasi muda Jembrana untuk menggeluti sektor ini masih rendah sehingga sulit dilakukan regenerasi. “Rerajin kita rata-rata umumnya 40 tahun ke atas. Sekarang ada yang termuda 36 tahun,” tukasnya. Hal tersebut dikatakan menjadi kendala utama pelestarian tenun songket cagcag di Jembrana. Saat ini ada sekitar 100 perajin songket yang tersebar di seluruh Jembrana.*pur