Sebagai daerah tujuan wisata dunia dan tumbuhnya sejumlah sektor usaha, Bali ternyata masih menyimpan tantangan. Salah satunya masalah pengangguran. Kelesuan ekonomi yang masih membayangi juga berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran di Pulau Dewata. Seberapa besar andil dari lulusan pendidikan di Bali dalam penyumbang angka pengangguran?
SEBAGAI ikon pariwisata nasional tidak hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin berlibur ke Bali, juga menjadi daya tarik bagi pencari kerja untuk mengadu peruntungannya. Industri pariwisata yang menjadi motor penggerak perekonomian di Bali menyediakan peluang kerja yang menjanjikan, baik bagi penduduk Bali maupun penduduk luar Bali selama ini.
Meningkatnya jumlah penduduk tidak bisa lepas dari kenyataan tersebut. Itu sekaligus faktor peningkatan jumlah penduduk membawa berbagai persoalan sosial ekonomi tersendiri, salah satunya masalah ketenagakerjaan.
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Bali, Asim Saputra, SST., M.Ec.Dev. mengungkapkan hasil survai angkatan kerja nasional (sakernas) menunjukkan, terjadi penurunan angkatan kerja meliputi penduduk yang bekerja dan juga penurunan pengangguran. Dari 3.235.563 penduduk usia kerja, 2.434.450 orang tergolong sebagai angkatan kerja. Dengan kata lain tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 75,24 persen. Sementara itu, 801.113 orang dari penduduk usia kerja tergolong sebagai bukan angkatan kerja.
“Hasilnya dari jumlah angkatan kerja Agustus 2017, penduduk yang bekerja mencapai 2,398.307 orang atau 98,52 persen. Sementara hanya 1,48 persen atau 36.143 orang angkatan kerja yang menganggur,” tuturnya.
Jelas Asim, Agustus 2017 jumlah penduduk yang bekerja turun 18.248 orang bila dibandingkan kondisi Agustus 2016 yang mencapai 2.416.555 orang. Demikian juga halnya bila dibandingkan dengan Februari 2017, penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 mengalami penurunan 39.187 orang (Februari mencapai 2.437.494 orang). Katanya, kondisi tersebut searah dengan jumlah pengangguran yang mencapai 1,48 pada Agustus 2017, mengalami kenaikan 0,20 poin dibandingkan Februari 2017 yang hanya mencapai 1,28 persen.
“Agustus 2017 penduduk Bali paling banyak bekerja pada sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi yang mencapai 31,69 persen atau 760.093 orang dari total penduduk yang bekerja. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini meningkat dibandingkan Agustus 2016, yaitu 4,30 persen,” ujarnya.
Di sisi lain, sambungnya, periode sama meski jumlah yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan 7,89 persen dibanding dengan Agustus 2016, namun sektor tersebut masih memiliki peranan yang cukup penting dalam menyerap tenaga kerja. Hal itu terlihat dari penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian mencapai 19,44 persen atau 466.307 orang dari penduduk yang bekerja. Selain itu, sektor jasa kemasyarakatan dan sektor industri juga memiliki peranan cukup penting dalam menyerap tenaga kerja. (man)