Amlapura (bisnisbali.com) –Kebocoran pajak galian C dan sejumlah retribusi lainnya, diduga menjadi salah satu penyebab turunnya pendapatan asli daerah (PAD) Karangasem. Atas kondisi itu, kebocoran-kebocoran harus ditekan sekecil mungkin, agar masyarakat Karangasem bisa maju.
Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, mengatakan hal itu, Rabu (23/9) kemarin. Pejabat yang sudah sekitar 36 tahun bergelut di birokrasi Pemkab Karangasem itu mengaku masih ingat dahulu, ketika Karangasem dijabat Bupati Wayan Geredeg. Tahun 2015, PAD tertinggi yang pernah dicapai yakni Rp 243 miliar. Pada 2016, PAD turun Rp 10 miliar menjadi Rp 233 miliar, pada 2017 turun lagi sebesar Rp 40 miliar, dan pada 2018 naik sedikit, tetapi masih di bawah tahun 2016 yang Rp 233 miliar. ‘’Saya tidak menuduh siapa membocorkan PAD itu. Masyarakat Karangasem sudah mengetahuinya. Saya juga tidak apa-apa disalahkan, karena sampai hari ini , Rabu 23 September saya masih wakil bupati,” katanya. Mantan Sekda Karangasem itu mengakui, ada potensi besar Karangasem untuk mendapatkan PAD yang lebih tinggi. Potensi itu paling besar di sektor pajak galian C. Artha Dipa mengakui terus terang, pada 2016 sampai 2019 dan saat ini, investasi baru di Karangasem hampir tak ada. Seharusnya, sesuai teori pembangunan agar ada pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan angka pengangguran kecil investasi harus mencapai 70 persen. ‘’Nah kenapa kita tetap miskin, PAD menurun? Bahkan, kini Karangasem disalip Kabupaten Klungkung? Semua itu, kita harus jawab bersama-sama dengan keseriusan dan kerja keras disertai doa,’’ katanya.
Menurutnya, masyarakat Karangasem harus memulai menata lagi pembangunan di Karangasem ke depan. Namun yang pertama, penanggulangan pandemi Covid-19 ini harus diprioritaskan dulu. Perlu gerakan bersama, bergotong-royong untuk memutus rantai penyebaran virus itu. ‘’Sehat itu sangat penting dan utama. Kalau kita tetap sehat, barulah kita bisa beraktivitas. Ada anggaran, PAD bagus, ekonomi tumbuh, barulah kita bisa membangun lebih banyak lagi sesuai kemampuan kita,’’ ujar Artha Dipa. *bud