Layang-layang, Tumbuhkan Ekonomi Kreatif di Tengah Pandemi Covid-19

Kreativitas pembuatan layang-layang di tengah pandemi Covid-19 kian tumbuh.

812
LAYANG - Kreator dan Pegiat Layangan Kadek Suprapta Meranggi (kanan) tengah menunjukan jenis layangan Celepuk yang populer saat ini.        

Denpasar (bisnisbali.com) –Kreativitas pembuatan layang-layang di tengah pandemi Covid-19 kian tumbuh. Hal ini tentunya memberikan gairah terhadap tumbuhnya ekonomi kreatif dan memberikan lapangan pekerjaan baru bagi sebagian orang. Seperti halnya seniman tato yang beralih menekuni penggarapan air brush layangan.

Kreator dan Pegiat Layangan Kadek Suprapta Meranggi, saat ditemui di Denpasar, Kamis (23/7) kemarin, mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 yang mengharuskan masyarakat diam di rumah, membuat permainan layangan rumahan menjadi tren. Kondisi ini menyebabkan adanya perbedaan tahun ini dengan tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya permainan layang-layang dilakukan bekelompok dan satu layangan dimiliki oleh banyak orang, saat ini terbalik yang satu orang memiliki banyak layangan. Permintaan layang-layang pun meningkat serta membuat terbentuknya eknomi kreatif di masa pandemi saat ini.

Pria yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia layangan ini mengakui, dirinya mengenalkan jenis layangan celepuk dan kupu-kupu saat ini memang bertujuan terbentuknya ekonomi kreatif. Jenis layangan ini dikenalkan karena selain lebih mudah dibuat, lebih mudah pula diterbangkan dan tidak memerlukan banyak orang, sehingga bisa diterbangkan di rumah. “Dengan ini banyak undagi-undagi baru bermunculan. Mulai dari anak-anak, karyawan dan sebagainya. Ini tentunya mampu mensuport penghasilan tambahan terutama bagi yang terdampak Covid-19,” ujarnya.

Seperti halnya seniman tato, lanjut pria yang akrab disapa Dek Soto ini mengatakan, di tengah minimnya permintaan tato akibat pandemi Covid-19, seniman tato memiliki peluang baru saat ini yaitu jasa air brush layangan. Permintaan terhadap jasa ini dikatakannya cukup banyak. “Sehari rata-rata 3 buah air brush layangan yang dikerjakan oleh seorang seniman tato. Jika dihitung per bulan bisa mencapai 90 buah layangan yang dikerjakan dan rata-rata harga air brush itu mencapai Rp 200.000 per meternya. Kalau ditotal penghasilannya kira-kira mencapai Rp 18 juta dalam sebulan,” jelasnya.

Dek Soto mengakui, permintaan layang-layang di tahun ini memang jauh lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan dia menyebutkan ada peningkatan sekitar tiga kali lipat pada tahun ini. “Jika kita lihat jumlah layangan yang mengudara dan pengerjaan yang dilakukan para undagi, pendapatan dari layang-layang bisa mencapai Rp 6 miliar,” imbuhnya. *wid