Denpasar (bisnisbali.com) –Kondisi ekonomi yang mulai tumbuh seiring menurunnya kasus pandemi membawa pengaruh positif terhadap meningkatnya jumlah investor saham di Bali. Terbukti jumlah investor pasar modal pada September 2022 terus bertambah seiring meningkatnya kesadaran masyarakat berinvestasi yang didukung oleh perkembangan teknologi digital.
Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Bali, I Gusti Agus Andiyasa di Denpasar menyampaikan khusus untuk investor saham di Bali per September 2022 mencapai 90.782 investor, atau bertambah sebanyak 15.390 investor baru atau 19,81 persen dari tahun sebelumnya (ytd). Jumlah investor saham pada 2021 tercatat 75.392, pada 2020 tercatat 38.697 investor dan 2019 mencapai 21.970 investor.
Diakui tidak hanya jumlah investor saham saja di Bali yang bertambah. Sebab per September 2022, jumlah investoir pasar modal (SID All) di Bali, baik untuk saham, obligasi, reksadana dan produk turunan lainnya juga meningkat yaitu telah mencapai 183.116 investor. “Jumlah ini bertumbuh sebesar 34.846 orang investor baru atau 24 persen dari tahun sebelumnya (ytd). Pada 2021 jumlah investor pasar modal di Bali mencapai 148.270 SID, 2020 mencapai 78.617 SID dan pada 2019 mencapai 46.166 SID,” katanya.
Agus pun menerangkan dari peningkatan jumlah investor saham tersebut secara tidak langsung membuat transaksi saham di Bali juga ikut terdongkrak. Total transaksi saham di Pulau Dewata per Septemebr 2022 sudah mencapai kurang lebih Rp 30,56 triliun. Jumlah ini mengalami kenaikan sebanyak 65 persen dari total transaksi saham pada tahun 2021 lalu sebelumnya.
Sedangkan untuk sebaran investor saham di Bali berdasarkan wilayah yakni Denpasar menduduki peringkat tertinggi sebanyak 40 persen. Disusul Badung dengan besaran 18 persen, Gianyar sebesar 10 persen, Buleleng sebesar 9 persen, Tabanan 9 persen, Karangasem 5 persen dan Jembrana sebesar 4 persen, Klungkung 3 persen dan Bangli sebesar 2 persen. “Dari klasifikasi investor berdasarkan gender tidak dipungkiri untuk laki-laki sebanyak 62 persen dan perempuan 38 persen. gender wanita juga kian bertumbuh peminatnya,” jelasnya.
Dilihat dari usia, investor saham di Bali didominasi usia 18-25 tahun dengan persentase 35 persen. Disusul usia 26-30 tahun sebesar 23 persen, usia 31-40 tahun sebanyak 23 persen, dan sisanya 19 persen untuk usia 41-100 tahun.
Jika dilihat dari segi jenis pekerjaan, pegawai swasta menempati urutan teratas dengan total 40 persen. Kemudian pelajar 20 persen, pengusaha 15 persen, lainnya 13 persen, pegawai negeri 5 persen, ibu rumah tangga sebesar 4 persen, pensiunan 1 persen, TNI/polri 0 persen, dan guru sebesar 1 persen. Ia memproyeksikan ke depannya saham akan semakin diminati oleh masyarakat Bali dan investor saham akan terus meningkat. *dik