Geliat Sektor Properti Masih Stagnan

Sejumlah pelaku usaha di sektor properti terus berupaya untuk bisa bangkit dari keterpurukan akibat dampak dari pandemi Covid-19. Salah satunya dengan mengoreksi harga jual bahkan banting harga pada unit properti.

762
IMBAS - Penjualan properti kena imbas pandemi yang sudah setahun lebih berlangsung.

Tabanan (bisnisbali.com) – Sejumlah pelaku usaha di sektor properti terus berupaya untuk bisa bangkit dari keterpurukan akibat dampak dari pandemi Covid-19. Salah satunya dengan mengoreksi harga jual bahkan banting harga pada unit properti. Namun sayangnya upaya tersebut tetap membuat penjualan unit rumah di sektor properti stagnan tahun ini.

Owner PT Rafika Abadi Utama, Bagio Utomo, S.H., Kamis (26/8) mengungkapkan, pandemi Covid-19 yang sudah terlalu lama disusul perpanjangan PPKM cukup berdampak sulit pada sektor usaha properti sekarang ini. Kondisi tersebut terjadi mengingat sektor pariwisata yang selama ini menjadi lokomotif penggerak ekonomi di Bali, termasuk di Tabanan belum kembali pulih. Itu dicerminkan dari angka kunjungan wisatawan yang datang tidak mengalami pertumbuhan signifikan selama ini.

“Selama ini sebagian besar masyarakat bekerja di sektor pariwisata. Itu pula yang membuat banyak pekerja yang dirumahkan akibat pandemi ini, sehingga untuk menghidupi keluarga saja mereka sangat sulit, apalagi untuk membeli rumah saat ini,” tuturnya.

Akibatnya, tahun ini terjadi penurunan transaksi properti hingga 80 persen dibandingkan sebelumnya, bahkan ada kecenderungan stagnan pada penjualan properti nonsubsidi. Padahal akuinya, tahun ini harga properti rata-rata dijual dengan harga jauh lebih murah dibandingkan sebelumnya. Contohnya, rumah non subsidi tipe 36 ( di luar Denpasar) harga yang sebelumnya dibandrol hingga Rp 300 juta per unit, saat ini maksimal dipasarkan dengan harga Rp 250 juta per unit.

Transaksi properti yang terjadi ini sebagian besar karena konsumen memerlukan rumah untuk ditempati, sedangkan sisanya ada yang diperuntukan konsumen untuk investasi karena mungkin memiliki uang lebih dan itu dimungkinkan seiring dengan harga properti yang murah saat ini. Bercermin dari itu pula pihaknya sementara waktu memilih untuk stagnan untuk melakukan perluasan pembangunan properti.

“Saat ini fokus pada pemasaran properti yang sudah ada. Yakni, di Kabupaten Tabanan ada sekitar 10 unit yang belum terjual dan di Kabupaten Jembrana ada 30 unit,” bebernya.

Di sisi lain paparnya, pulihnya sektor properti ini sangat bergantung dari faktor melandainya kasus Covid-19 dan geliat pariwisata. Prediksinya, ketika dua faktor tersebut terjadi, maka sektor properti baru bisa pulih ditandai dengan meningkatnya pembelian konsumen pada dua- tiga tahun kemudian.

“Diperlukan waktu lebih lama bagi sektor properti ini untuk bangkit, karena beberapa konsumen perlu penyesuaian. Salah satunya agar bisa berpenghasilan setelah sebelumnya dirumahkan atau di PHK,” kilahnya.

Tambahnya untuk mencapai hal tersebut diperlukan kedisiplinan masyarakat untuk melakukan antisipasi pencegahan maupun penyebaran Covid-19. Khususnya, disiplin menerapkan protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi Covid-19.

Hal senada juga diungkapkan Gede Ariawan. Kata dia, penjualan properti secara umum sangat sulit sekarang ini. Padahal, harga jual properti rata-rata sudah jauh turun dari harga sebelumnya.

“Kami sudah turunkan harga agar unit properti bisa terjual dan bisa putar modal untuk usaha maupun membayar kewajiban di bank. Sayangnya, itu tidak banyak berdampak, sehingga kami wait and see aja lah dulu saat ini,” kilahnya. *man