
KETUA DPRD Karangasem, I Gede Dana didampingi Kepala BPSDM Bali dan sejumlah tokoh menghadiri dan meresmikan Perusahaan Air Minum (PAM) Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, Karangasem, bertepatan dengan Tumpek Landep, Sabtu (18/7) di desa setempat. PAM desa yang bernama Toya Amerta Agung Sukadana akan dikelola melalui BUMDes setempat.
Ketua DPRD Gede Dana menyatakan sangat mendukung inovasi dan kemandirian desa setempat dalam menyediakan air minum di desa dengan wilayah tandus, yang selama ini dikenal rutin krisis air bersih pada musim kemarau.
Peresmian Reservoar PAM desa itu selain dibarengi upacara melaspas, juga dengan pemotongan pita tanda diresmikannya Reservoar PAM Desa Toya Amerta Agung Sukadana, di Banjar Bukit, Desa Sukadana. Peresmian juga dihadiri, Kepala BPSDM Provinsi Bali, I Gde Darmawa , disaksikan Perbekel Sukadana, I Wayan Suardana, tokoh masyarakat Kubu I Nengah Suadi, dan undangan lainnya.
Perbekel Wayan Suardana melaporkan, reservoar air minum itu akan melayani 987 KK warga dari tiga banjar yang ada di sana. Peresmian ditandai dengan pemotongan pita dan penanaman pohon kelapa hibrida di lokasi reservoar.
Ketua DPRD Karangasem I Gede Dana, dalam sambutannya mengatakan, inovasi yang dimiliki Desa Sukadana sudah layak untuk dijadikan contoh bagi desa-desa lainnya di Karangasem. Pihaknya berharap di Kecamatan Kubu dan desa-desa lainnya di Karangasem bisa memanfaatkan dana desa sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat. “Ini inovasi yang sangat bagus. Kami dari DPRD Karangasem sangat mendukung kemandirian yang dilakukan Desa Sukadana dalam mewujudkan pembangunan skala prioritas untuk kepentingan masyarakat desa,” ucap Gede Dana.
Melihat semangat yang dimiliki Pemerintahan Desa Sukadana dan masyarakatnya, Gede Dana mengatakan pihaknya optimis tahun 2021 persoalan air minum di Desa Sukadana sudah bisa diselesaikan. “Secara pribadi dan lembaga saya siap menjembatani untuk memantau kekurangan fasilitas lainnya,” ujar Gede Dana.
Ketua DPRD itu sekaligus menjawab aspirasi yang disampaikan Perbekel Sukadana, I Gede Suardana. Proyek reservoar yang dibangun di Banjar Bukit itu dalam pengelolaannya nantinya akan diserahkan kepada Bumdes. Ini dilakukan selain untuk meningkatkan pendapatan asli desa (PADes), juga untuk meringankan beban masyarakat dalam pembelian air nanti. Selama ini, rutin tiap musim kemarau, warga yang krisis air bersih membeli air, yang lumayan mahal. Rutin krisis air bersih pada musim kemarau merupakan kendala atau penghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat di desa setempat, karena harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli air, petani dan ibu rumah tangga juga kesulitan dalam beternak sapi atau babi. *bud/adv