Bali Perlu ’’Cold Storage” Hasil Pertanian

Cuaca buruk yang tidak pasti kerapkali mempengaruhi hasil pertanian.

199
TOMAT - Tomat hasil panen petani di Kintamani. Saat panen raya, harga tomat kerap anjlok.

Denpasar (bisnisbali.com) – Cuaca buruk yang tidak pasti kerapkali mempengaruhi hasil pertanian. Terganggunya produksi produk pertanian rentan pula berimbas pada permintaan masyarakat dan memicu peningkatan harga jual. Satu contoh harga cabai yang kini mengalami peningkatan drastis yang menyumbang laju inflasi.

Terkait hal itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda, di Denpasar, menyampaikan di Bali atau di setiap kabupaten/kota ke depannya memang perlu ada tempat penyimpanan (cold storage) hasil pertanian agar dapat menyimpan hasil pertanian bisa bertahan lama. “Dengan adanya cold storage ini maka akan menguntungkan para petani. Sebab, petani saat memasuki panen raya, setidaknya ada suatu tempat penyimpanan untuk hasil taninya agar bisa bertahan lebih lama,” katanya.

Tidak dipungkiri, produk petani terkadang melimpah sehingga terbuang karena tak terserap pasar. Sementara musim tertentu, produk terbatas yang menyebabkan harga jadi melonjak. Menurutnya untuk saat ini mesin penyimpanan untuk mengawetkan hasil-hasil pertanian ini sudah ada di Badung yakni mesin Controlled Atmosphere Storage (CAS). Jadi ketika harga komoditi naik, maka cadangan bisa dikeluarkan sehingga harga tak sampai bergejolak.

“Di Kudus juga ada. Petani datang ke penyimpanan ketika produksinya lebih. Pemerintah daerah bisa melakukan hal ini,” jelasnya.

Sebelumnya, Kepala KPw BI Bali yang juga Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali, Trisno Nugroho mengajak TPID baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota melakukan kerja sama antardaerah, terutama dengan daerah penghasil cabai rawit. Itu karena peningkatkan inflasi di bulan Januari terjadi terjadi karena adanya peningkatan harga pada kelompok volatile food dan administered prices. “Hal ini tercermin dari  meningkatnya harga bahan makanan seperti cabai rawit dan daging ayam ras,” katanya.

Pihaknya pun menekankan, perlu mengoptimalkan pemanfaatan mesin CAS. BI pun mengimbau agar petani tetap menanam sesuai dengan siklusnya agar pasokan tetap mencukupi. Tidak hanya itu, BI terus mendorong pemanfaatan teknologi dalam pemasaran produk-produk pertanian (e-commerce) dan digital farming.

Sementara untuk TPID kabupaten/kota dan provinsi, Trisno mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga di masyarakat, di antaranya memastikan distribusi yang terjaga antarwilayah dan antarpulau. Selain itu, TPID juga akan melakukan gerakan Lumbung Pangan untuk memastikan distribusi kepada seluruh lapisan masyarakat di Bali dan mendorong digitalisasi pada UMKM pertanian. *dik