Kamis, Januari 9, 2025
BerandaBaliTantangan dan Peluang Pariwisata Bali 2025

Tantangan dan Peluang Pariwisata Bali 2025

PEMERHATI ekonomi dan pariwisata Bali, Trisno Nugroho di Denpasar mengatakan, melanjutkan melestarikan acara budaya dan tradisi lokal menjadi langkah strategis dalam memperkuat daya tarik Bali sebagai destinasi autentik yang berbudaya.

PEMERHATI ekonomi dan pariwisata Bali, Trisno Nugroho di Denpasar mengatakan, melanjutkan melestarikan acara budaya dan tradisi lokal menjadi langkah strategis dalam memperkuat daya tarik Bali sebagai destinasi autentik yang berbudaya.

Melalui promosi “Visit Green Bali 2025”, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta akan memperkuat upaya menciptakan pariwisata berkualitas tinggi yang ramah lingkungan. Tahun 2025 menjadi penanda penting bagi Bali untuk menyeimbangkan pertumbuhan pariwisata dengan pelestarian alam dan budaya, mengukuhkan posisinya sebagai destinasi unggulan dunia yang berkelanjutan dan lestari.

Ia yang sebelumnya pernah menjabat Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali ini menilai ada pekerjaan rumah besar pariwisata Bali yang harus segera dibenahi. Untuk menjaga keberlanjutan pariwisata dan mempertahankan daya tarik Bali sebagai destinasi wisata global, berbagai masalah mendesak perlu segera diselesaikan. Salah satu isu krusial adalah kemacetan di Bali Selatan, yang mengganggu kenyamanan wisatawan dan warga lokal.

Solusi yang diusulkan mencakup pembangunan jalan baru atau memperlebar jalan yang ada, melanjutkan pembangunan transportasi massal seperti Light Rail Transit (LRT) atau bus rapid transit (BRT), serta penambahan bypass dan pengaturan lalu lintas berbasis teknologi untuk mengurai kemacetan di kawasan wisata utama.

Masalah pengelolaan sampah dan lingkungan juga menjadi perhatian utama. Sampah plastik di pantai dan laut memberikan citra negatif terhadap Bali. Solusi yang perlu diterapkan meliputi pengoperasian kapal pengumpul sampah di perairan, pemasangan penghalang terapung di muara sungai, serta pembangunan fasilitas daur ulang modern. Selain itu, edukasi tentang pengurangan plastik sekali pakai dan penegakan hukum terhadap pelaku pembuangan sampah sembarangan harus diperkuat.

Trisno Nugroho juga menilai citra Bali di media internasional juga menjadi tantangan, terutama setelah masuk dalam daftar destinasi yang harus dihindari oleh Fodor’s Travel pada 2025. Upaya promosi positif seperti kampanye tentang inisiatif hijau, mengembangkan destinasi desa wisata hijau, serta penyelenggaraan acara internasional dapat meningkatkan citra Bali sebagai destinasi berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu, penting untuk mengelola overtourism dengan menerapkan kuota kunjungan dan mendorong wisatawan menjelajahi wilayah Bali Barat, Utara dan Timur.

Lainnya, menurunnya kualitas ekosistem laut akibat aktivitas wisata memerlukan rehabilitasi terumbu karang dan pengembangan wisata edukatif yang ramah lingkungan. Pengelolaan air bersih dan energi juga harus diperbaiki dengan pembangunan infrastruktur energi terbarukan dan program konservasi air di area padat wisata.

Peningkatan pelayanan publik seperti toilet bersih, tempat duduk umum, dan pelatihan pemandu wisata profesional perlu dilakukan untuk meningkatkan pengalaman wisatawan. Melestarikan acara budaya dan tradisi lokal dapat memperkaya daya tarik Bali sebagai destinasi autentik.

Jika tantangan ini dapat segera diatasi, Trisno menegaskan, Bali dapat mempertahankan statusnya sebagai destinasi wisata unggulan sekaligus menjadi contoh sukses pariwisata berkelanjutan yang mengutamakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian budaya dan pelestarian lingkungan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting dalam implementasi solusi efektif tersebut.*dik

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer