Rabu, Januari 8, 2025
BerandaBaliSeluruh Kota Penghitung IHK di Bali Alami Inflasi Bulanan, Denpasar Terendah

Seluruh Kota Penghitung IHK di Bali Alami Inflasi Bulanan, Denpasar Terendah

Denpasar (bisnisbali.com) –BI Bali menjabarkan berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, perkembangan harga Provinsi Bali pada Desember 2024 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,31% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,50% (mtm).

Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali menurun menjadi 2,34% (yoy) dari 2,50% (yoy) pada November 2024, didukung oleh upaya pemerintah dalam memitigasi kenaikan harga barang dan jasa pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan tahun baru. Secara keseluruhan tahun, inflasi Provinsi Bali tahun 2024 tersebut lebih rendah dari inflasi tahun 2023 sebesar 2,77% (yoy).

Sementara itu, di tingkat nasional, inflasi bulanan pada Desember 2024 tercatat sebesar 0,44% (mtm) dan inflasi tahunan sebesar 1,57% (yoy). Inflasi yang terjaga dalam rentang sasaran didukung oleh upaya pengendalian inflasi yang terus diperkuat melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

Kepala KPw BI Bali, Erwin Soeriadimadja menerangkan secara spasial, seluruh kota penghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di Bali mengalami inflasi bulanan. Kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,19% (mtm) atau 2,69% (yoy), demikian pula dengan Kabupaten Badung mengalami inflasi sebesar 0,37% (mtm) atau 1,98% (yoy).

Lebih lanjut, Kabupaten Tabanan mengalami inflasi sebesar 0,49% (mtm) atau 2,44% (yoy) dan Kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,32% (mtm) atau 1,93% (yoy).

Secara keseluruhan tahun, inflasi Kota Denpasar dan Singaraja lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang masing-masing sebesar 2,54% (yoy) dan 4,31% (yoy). “Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau masih menjadi penyumbang utama inflasi sepanjang tahun 2024,” ungkapnya.

Berdasarkan komoditasnya, inflasi Desember 2024 terutama bersumber dari kenaikan harga bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan sawi hijau. Kenaikan harga komoditas hortikultura dan sayuran disebabkan oleh berakhirnya periode panen disertai faktor cuaca yang menghambat produksi.

Di sisi lain, laju inflasi lebih lanjut tertahan oleh penurunan harga daging babi, tarif angkutan udara, daging ayam ras, kangkung, dan beras. Penurunan tarif angkutan udara disebabkan oleh kebijakan penurunan harga tiket pesawat pada periode Natal dan Tahun Baru sebesar 10%.

BI Bali melihat ke depan, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai, seperti kenaikan permintaan menjelang libur panjang pada akhir Januari 2025, berlanjutnya kenaikan harga komoditas hortikultura seiring dengan berakhirnya panen dan faktor cuaca. Selain itu, berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan tren harga global dan kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) yang berpotensi mempengaruhi harga minyak goreng.*dik

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer