Denpasar (bisnisbali.com) –Bali sebagai salah satu provinsi dengan ketergantungan tinggi terhadap sektor pariwisata, menunjukkan perkembangan yang menggembirakan di tahun 2024. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, kunjungan wisatawan asing ke Bali mulai pulih, meski belum sepenuhnya kembali ke level sebelum pandemi.
Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) Undiknas Denpasar, Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, M.M. menilai, di sektor pariwisata, Bali diperkirakan akan menjadi destinasi utama untuk wisatawan internasional pada tahun 2025, seiring dengan pemulihan global. Pembangunan infrastruktur yang semakin maju, seperti pengembangan Bandara I Gusti Ngurah Rai dan akses jalan, diharapkan dapat mendukung pertumbuhan pariwisata yang lebih pesat.
Namun, tantangan besar yang dihadapi Bali adalah ketergantungan yang tinggi pada sektor pariwisata yang rentan terhadap perubahan kondisi global. Meskipun angka kunjungan wisatawan meningkat, faktor eksternal seperti krisis ekonomi global, kebijakan pembatasan perjalanan internasional, dan fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi kinerja pariwisata Bali.
“Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan sektor swasta untuk mulai mendiversifikasi ekonomi Bali, dengan mengembangkan sektor lain seperti pertanian, industri kreatif, dan teknologi untuk memastikan keberlanjutan ekonomi Bali di masa depan,” terangnya.
Secara keseluruhan, Prof. IB Suardana memproyeksikan perekonomian Indonesia dan Bali pada tahun 2025 akan menghadapi dinamika yang lebih kompleks. Meskipun terdapat potensi pemulihan, tantangan eksternal dan domestik tetap akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah ekonomi Indonesia. Untuk Bali, diversifikasi ekonomi dan ketahanan sektor pariwisata menjadi kunci untuk menghadapi perubahan yang tak terduga. Pemerintah dan pelaku usaha harus siap mengelola ketidakpastian dan menjaga agar perekonomian tetap tumbuh dengan inklusif dan berkelanjutan.
Sementara bila melihat perekonomian Indonesia di tahun 2024 menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan dalam 3 tahun terakhir. Berbagai sektor mulai tumbuh kembali, meski tantangan inflasi dan ketidakpastian global masih menjadi isu yang cukup krusial. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia di Triwulan III 2024 tercatat sebesar 5,21%. Ini merupakan angka yang menggembirakan, mengindikasikan bahwa Indonesia berhasil kembali ke jalur pertumbuhan meski terdapat gangguan eksternal seperti ketegangan geopolitik dan gejolak pasar komoditas global.
Pada sektor konsumsi rumah tangga, yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, terlihat adanya peningkatan, meskipun secara bertahap. Pendapatan per kapita masyarakat mulai meningkat, meskipun belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi. Oleh karena itu, konsumsi domestik diperkirakan akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, dengan sektor perdagangan, pariwisata, dan manufaktur menjadi sektor yang diandalkan.
Namun, perekonomian Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan menghadapi tantangan yang cukup berat. Inflasi yang masih tinggi, kebijakan moneter yang lebih ketat, dan ketidakpastian global seperti kemungkinan resesi ekonomi dunia bisa mempengaruhi laju pertumbuhan. Peningkatan harga bahan baku dan energi di pasar internasional juga dapat mempengaruhi daya beli masyarakat dan biaya produksi di dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu memperkuat kebijakan fiskal dan moneter untuk mengantisipasi potensi penurunan daya beli masyarakat, yang bisa menghambat pemulihan ekonomi yang lebih stabil.*dik