BISNISBALI.com – Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bali pada 2024 terjadi pada semua dimensi, baik umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, maupun standar hidup layak. Dimensi standar hidup layak mengalami peningkatan terbesar.
Standar hidup layak yang direpresentasikan oleh indikator pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan. Sebagai indikator dalam dimensi standar hidup layak, indikator ini mencerminkan capaian pengeluaran riil di suatu wilayah, dimana semakin tinggi nilainya artinya capaiannya semakin baik. Indikator ini merupakan besaran pengeluaran riil yang telah mengeliminasi pengaruh inflasi dengan mengacu pada harga konstan tahun 2012.
Sedangkan istilah pengeluaran yang disesuaikan dapat dimaknai untuk menjaga keterbandingan antarwilayah, melalui standardisasi menggunakan konsep daya beli (purchasing power parity/PPP) dengan referensi wilayah yaitu Kota Jakarta Selatan.
Berdasarkan data BPS Provinsi Bali, yang disampaikan Plt Kepala BPS Provinsi Bali, Kadek Agus Wirawan, di Denpasar, Kamis (2/1), pada 2024 pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan di Bali sebesar 14,92 juta rupiah per tahun. Capaian ini meningkat sebesar 538 ribu rupiah (3,74 persen) dibandingkan dengan tahun 2023. Peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan peningkatan tahun sebelumnya yang sebesar 3,16 persen.
Di sisi lain, Pembangunan manusia Bali terus mengalami kemajuan selama periode 2020- 2024. Sejak tahun 2020, IPM Bali yang tercatat sebesar 76,52 sudah berada pada status pembangunan manusia tinggi (70 ≤ IPM < 80) dan masih pada status yang sama sampai dengan tahun 2024. Selama periode 2020-2024, IPM Bali rata-rata meningkat sebesar 0,53 poin (0,68 persen) per tahun, sehingga IPM Bali menjadi sebesar 78,63 pada tahun 2024.
Pada tahun lalu, IPM Bali konsisten tumbuh dengan persentase yang sama dengan pertumbuhan yang terjadi pada tahun sebelumnya. IPM Bali meningkat sebesar 0,62 poin (0,79 persen) dibandingkan tahun 2023. Pencapaian IPM Bali dapat dilihat melalui perkembangan dari tiga dimensi penyusunnya, yaitu dimensi umur panjang dan hidup sehat yang direpresentasikan oleh indikator umur harapan hidup saat lahir (UHH), dimensi pengetahuan dengan dua indikator yaitu harapan lama sekolah (HLS) dan rata-rata lama sekolah (RLS), serta dimensi standar hidup layak dengan indikator pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan.
Peningkatan IPM Bali didorong oleh seluruh dimensi penyusunnya, terutama pada dimensi standar hidup layak. Dimensi tersebut mengalami peningkatan terbesar dibandingkan dua dimensi lainnya. Terdapat tiga indikator penyusun IPM yang mengalami percepatan peningkatan pada tahun 2024 dibandingkan dengan peningkatan tahun 2023. Namun indikator umur harapan hidup saat lahir (UHH) pada dimensi umur panjang dan hidup sehat serta indikator rata-rata lama sekolah (RLS) pada dimensi pengetahuan justru mengalami perlambatan. *rah