PEMERHATI dan praktisi keuangan / perbankan, Viraguna Bagoes Oka berpandangan dalam kilas balik perekonomian dan dunia usaha Bali selama kurun waktu tahun 2024 masih diselimuti oleh situasi atau kondisi yang masih anomali bahkan menunjukkan kecenderungan stagnan bahkan masih menghadapi tantangan atau tekanan.
Tantangan tersebut antara lain, pertama, dunia usaha besar, menengah ke bawah yang masih menghadapi tekanan yang berlanjut pasca krisis global dan pandemi terutama dunia usaha lokal di Bali yang bergerak di bidang pariwisata serta usaha-usaha turunannya seperti properti, villa, pasca dihentikannya kebijakan pemerintah terkait relaksasi debitur perbankan/lembaga keuangan pada akhir Maret 2024.
Kedua, dampak dari kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya LAR (Loan at Risk), NPL( Non Performing Loan) dan AYDA perbankan di Bali baik dari bank BUMN, bank umum dan BPR yang kualitasnya cenderung menurun melewati ambang batas NPL di atas 3-7 persen. Hal ini tercermin dari meningkatnya antrean AYDA perbankan di Bali yang berada di atas ambang batas normal dalam tahun 2024.
Ketiga, akibatnya bisa ditebak harga pasar properti Bali terkoreksi cukup dalam (buyer’s market situation alias excess supply AYDA dimana pembeli banyak pilihan sehingga harga AYDA terkoreksi cukup dalam) sampai ada bank umum yang berani memberikan discount atas AYDA hingga 30 persenan, sehingga lembaga keuangan/perbankan pada tahun 2024 akhir yang masih mendesak membutuhkan dukungan likuiditas untuk jangka waktu 2-3 tahun ke depan untuk bisa menyelamatkan industri perbankan lokal serta dunia usaha lokal pasca dihentikannya kebijakan pemerintah atas relaksasi debitur perbakan utk Bali pada akhir Maret 2024 dimaksud.
Bagaimana dengan prospek perekonomian dan dunia usaha Bali tahun 2025 mendatang pasca terpilihnya Koster / Giri Prasta sebagai Gubernur / Cawagub maupun Bupati / Wabup terpilih yang dimenangkan oleh Partai PDIP ?.
Viraguna yang juga praktisi ekenomi dan usaha kecil ini mengatakan, publik dan masyarakat Bali sangat menaruh harapan besar agar kepemimpinan Bali tahun 2025 mendatang bisa memenuhi beberapa kriteria. Kreteria itu antara lain Gubernur/Wagub yang memiliki akses strategis yang harmoni dan dukungan kuat dari kepemimpinan nasional di pusat untuk memudahkan atau kelancaran kinerja dalam mengelola Bali yang terlanjur menjadi salah satu tujuan utama bagi wisatawan dan pelaku usaha (busnessman) dari mancanegara maupun wisatawan domestik.
Selanjutnya, Gubernur / Wagub yang bisa bekerja sama atau bersinergi dalam satu komando dengan para Bupati /Walikota se-Bali (konsep one island management) dalam rangka tata kelola mengatasi dan menangani kompleksitas permasalahan Bali yg sdh terlanjur akut seperti macet, sampah, transportasi, pengangguran/lapangan kerja lokal dan kepadatan penduduk/kemiskinan.*dik/ bersambung