Denpasar (bisnisbali.com) – Kesehatan mental perlu mendapatkan perhatian serius semua pihak, termasuk di Bali. Kesehatan mental merupakan salah satu elemen penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang kerap kali terabaikan. Kesehatan mental yang tidak tertangani dengan baik akan berdampak pada banyak masalah kesehatan.
Founder FAM Health Indonesia Siti Nur Hasanah di Kuta, Minggu (22/12) menyampaikan, berdasarkan riset, tingkat kecemasan itu menjadi pokok utama masalah pada remaja. Bahkan, sebelum pandemi hingga sekarang ternyata masalah utama tertinggi adalah kecemasan.
“Jadi kita harapkan dengan masalah – masalah yang ada tersebut, farm health bisa membantu masyarakat mengatasi kecemasannya melalui berbagai program sehingga bisa menaikkan tingkat produktivitas SDM masyarakat serta bisa membantu perekonomian negara,” katanya.
Menurutnya, teman teman yang mengalami masalah mental biasanya mereka itu produktivitasnya mengalami penurunan, tidak bisa bekerja, tidak bisa beraktivitas sehingga mereka bisa menjadi salah satu beban.
Ia pun melihat ada beberapa kategori yang bisa dianggap masalah mental. Ada yang masih katagori pemula, menengah kemudian ada yang atas. Mereka yang masuk katogori menengah, kata Nur Hasanah, sebenarnya adalah teman-teman yang masih bisa dibantu dengan cara nite line. Sementara mereka yang sudah di area atas, harus mengarahkan mereka ke tenaga ahli, misalnya ke psikolog atau ke psikiater.
“Jadi memang masalahnya ini bervariasi ditemukan di lapangan,” terangnya.
“Misalnya kita ambil salah satu kecemasan. Ada teman teman yang sebenarnya sudah mengalami seperti OCD, terus bipolar, borderline personality disorder itu sebenarnya juga ada. Tapi kita lihat dari tingkat severe mereka begitu,” imbuhnya.
Termasuk terjadi kepada para remaja yang lebih banyak beraktivitas di malam hari karena insomania akibat overthinking. “Jadi mereka itu berpikir, berpikir, berpikir terus sehingga mereka itu kayak kepalanya itu berisik. Overwhelming sehingga mereka terjaga selama semalaman, mereka scroll scroll handphone bisa sampai berjam jam,” tambahnya.
Daripada scroll seperti itu terus habis itu coping-nya tidak baik, Nur Hasanah mengatakan, maka Fam Health buatkan nite line, supaya mereka ada teman curhatnya. Kenapa? karena biasanya mereka sulit terbuka dengan keluarga, mereka lumayan tertutup dengan keluarga karena merasa orangtua tidak mengerti keadaannya. “Program nite line tuh kayak bicara. Ngobrol dengan program konseling yang dikasih khusus kepada remaja dan dewasa sampai usia 35 tahun,” paparnya.
Dengan mereka berbincang, berbicara, ngobrol harapannya dapat memudahkan masalah mereka. Artinya membantu mereka untuk tidak overthinking. Harapannya, pertama, mereka punya teman dan tidak merasa sendirian. Kedua, apabila masalah mereka itu lumayan berat maka akan kita arahkan ke mana harusnya mereka pergi dan mengurangi selfharm atau menyakiti diri sendiri ataupun pemikiran untuk suicide (bunuh diri) seperti itu.
Menurutnya, data pemicu pertama kecemasan tinggi di kalangan remaja itu akibat pengaruh dunia sosial media yang membuat mereka punya kekhawatiran untuk ketinggalan. Rasa fomo-nya tinggi, copingnya itu berbeda. Hal lainnya selain sosial media, juga cara bertemannya. “Kalau dulu kita masih main petak umpet atau main karet gitu kan? Nah kalau remaja sekarang mainnya handphone, jadi coping untuk sesama manusianya itu berkurang. Nah itu yang sebenarnya juga potensi untuk meningkatkan kecemasan karena manusia itu aslinya makhluk sosial,” jelasnya.
Sedangkan dengan adanya gadget dan lain sebagainya, membuat para remaja kurang akan melakukan sosialisasi.*dik
Tingkat Kecemasan Jadi Pokok Utama Masalah Pada Remaja
Berita Terkait