TIM Konsorsium Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah Bali menginisiasi pertemuan dan MoU antara satuan pendidikan vokasi, dunia usaha, dan dunia industri. Ini menjadi kegiatan terakhir dari beberapa aktivitas yang dilakukan tim konsorsium sepanjang tahun 2024. Kegiatan ini bertujuan memperkuat sinergi antara dunia pendidikan vokasi dan sektor industri di Bali.
Kegiatan bertajuk ‘’Rintisan Kemitraan Baru Antara Satuan Pendidikan Vokasi dan Dunia Industri’’ ini berlangsung di Hotel The One Legian, Kuta, Selasa (10/12). Kegiatan ini menginiasi penyelenggaraan MoU 52 SMK di Bali dengan 27 industri yang bergerak di bidang pariwisata, telekomunikasi, teknik, perbankan, dan ritel.
Ketua Tim Konsorsium Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah Bali, Dr. Ni Nyoman Sri Astiti, SST.Par., M.Par., di sela-sela kegiatan mengatakan, Konsorsium Ekosistem Kemitraan sudah berjalan hampir setahun penuh. Pertemuan ini menjadi kegiatan terakhir. Dalam tim konsorsium tergabung 4 perguruan tinggi, yakni Politeknik Negeri Bali (PNB), Fakultas Vokasi Undiksa, IPBI, dan Politeknik Nasional. “Sebelumnya SMK di Bali kita undang dan mengisi link untuk memilih dengan industri mana mau disandingkan. Setelah SMK oke dan industri juga oke, lanjut kita pertemukan dan melakukan MoU. Setelah terjadi perkenalan mereka meneruskan kegiatan yang diinginkan dalam bentuk MoA,” terangnya.
Sri Astiti menambahkan, beberapa kegiatan sudah dilaksanakan oleh tim konsorsium sebelumnya mulai dari penelitian hingga tindak lanjut sesuai dengan tujuan konsorsium ini. Pihaknya berharap ke depan konsorsium ini bisa berlanjut untuk kebaikan dunia kerja di Indonesia.
Wakil Direktur Bidang Kerja Sama PNB, Drs. I Ketut Sutama, M.A., mengungkapkan sekolah vokasi baik itu SMK maupun Politeknik didorong memiliki banyak partner di dunia industri. Hal ini dikarenakan pendidikan vokasi menekankan pada skill dan keterampilan, sehingga tempat pelatihan di dunia industri sangat dibutuhkan. “Kalau hanya lab di sekolah tidak cukup. Bisa dibilang kita di dunia pendidikan lima langkah di belakang kemajuan industri. Oleh karena itu wajib kita berpartner dengan industri, sehingga lulusan nantinya tidak berpikir lagi apa yang dilakuan karena sudah praktik di dunia industri,” jelasnya.
Ketut Sutama melanjutkan, kegiatan puncak ini menginisiasi MoU antara pendidikan vokasi dan dunia industri. Dalam pelaksanaan konsorsium ini pemerintah menginginkan agar ada aktivitas yang dihasilkan. “Tugas kami di konsorsium menghubungkan pendidikan vokasi dengan industri baru. Ini yang baru bekerja sama dengan sekolah, sehingga mereka mendapatakan industri partner yang sesuai,” katanya.
Sementara itu, salah seorang perwakilan peserta, Kepala SMK Negeri 1 Mas, Ubud, Komang Purwata, mengaku sangat berterima kasih telah difasilitasi kerja sama dengan dunia industri. Mitra dengan industri atas bantuan Politkenik sangat bermanfaat memberikan industri yang tepat untuk siswa. Tidak saja untuk PKL, tapi kelas industri termasuk pengembangan kitchen factory dan aktivitas lainnya. Manfaat kerja sama dengan industri ini sangat banyak. Terbukti setiap tahunnya hampir 95 persen lulusan bisa langsung masuk dunia industri. *adv