BISNISBALI.com – Harga sejumlah komoditas bumbu dapur di pasar tradisional di Kabupaten Tabanan kompak mengalami lonjakan. Lonjakan tertinggi terjadi pada cabai rawit merah yang naik mencapai 40 persen dari perdagangan minggu lalu.
Sesuai data monitoring dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Tabanan pada perdagangan minggu kedua di bulan Desember mencatat, lonjakan harga bumbu dapur ini terjadi pada bawang merah yang naik 9 persen atau ke posisi Rp 38.000 per kg dari perdagangan minggu lalu yang berada di posisi Rp 35.000 per kg. Selanjutnya, cabai merah besar yang naik 14 persen atau ke posisi Rp 25.000 per kg dari Rp 22.000 per kg, cabai keriting naik 25 persen atau ke posisi Rp 25.000 per kg dari Rp 20.000 per kg.
Kemudian cabai rawit merah yang naik 40 persen atau ke posisi Rp 35.000 per kg dari Rp 25.000 per kg, cabai rawit hijau naik 20 persen atau ke posisi Rp 30.000 per kg dari level sebelumnya Rp 25.000 per kg. Selain bumbu dapur, hasil monitoring juga menemukan kenaikan harga pada minyak goreng curah sebesar 11 persen atau ke posisi Rp 20.000 per kg dari Rp 18.000 per kg, dan minyak goreng kemasan premium sebesar 11 persen ke posisi Rp 21.000 per liter dari Rp 19.000 per liter.
Salah seorang pedagang bahan pangan, Nyoman Wiryani, Selasa (10/12) mengungkapkan, lonjakan harga sebagian besar bahan pangan untuk bumbu-bumbuan ini sudah terjadi mulai di tingkat suplayer besar. Sehingga ia hanya mengikuti sesuai persentase pergerakan harga untuk menjaga langganan.
“Informasi dari supplier, kenaikan harga cabai ini disebabkan oleh pasokan dari petani yang menurun di tengah cuaca buruk ini. Namun stoknya tidak mengalami kelangkaan saat ini,” jelasnya.
Sementara itu dikonfirmasi terpisah Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Made Subagia menyampaikan, saat ini sejumlah komoditas horti secara tidak langsung terkena dampak dari cuaca buruk yang mengakibatkan jumlah produksi menjadi tidak maksimal. Salah satunya adalah busuk buah pada tanaman cabai yang disebabkan meningkatnya serangan penyakit lalat buah.
Selain lalat buah, lanjutnya meningkatnya potensi penyakit pada musim hujan ini juga terjadi dalam bentuk layu fusarium, dan bercak daun.
“Penyakit lalat buah ini hampir terjadi merata di sentra pertanian cabai di setiap desa di Tabanan. Namun dampak tersebut tidak sampai mengakibatkan gagal panen,” kilahnya.*man