Denpasar (Bisnis Bali) –BPS Bali mencatat perkembangan harga berbagai komoditas pada November 2024 di Provinsi Bali yang diwakili Kota Denpasar, Singaraja, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan secara tahunan menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Bali di 4 kabupaten/kota tersebut, pada November 2024 terjadi inflasi y-on-y sebesar 2,50 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,92 pada November 2023 menjadi 107,54 pada November 2024. Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender (year to date/ytd) November 2024 tercatat inflasi sebesar 2,03 persen, sedangkan inflasi bulanan (m-to-m) tercatat inflasi sebesar 0,50 persen.
Plt. Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan di Denpasar, Senin (2/12) menerangkan inflasi tahunan (y-on-y) terjadi karena naiknya harga komoditas-komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya IHK pada sepuluh kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau naik sebesar 4,19 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,08 persen.
Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,30 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,64 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,79 persen, kelompok transportasi sebesar 0,94 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,05 persen, kelompok pendidikan sebesar 2,99 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,35 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,65 persen.
Sementara itu, satu kelompok tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sebesar 0,51 persen. Pada November 2024, kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,29 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,05 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,03 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen, kelompok transportasi sebesar 0,10 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,04 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,20 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,42 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,34 persen. Sedangkan kelompok yang menahan menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,03 persen.
Komoditas yang dominan memicu inflasi y-on-y pada November 2024 antara lain daging babi, beras, bawang merah, kopi bubuk, daging ayam ras, minyak goreng, Sigaret Kretek Mesin (SKM), tarif parkir, nasi dengan lauk, Sigaret Putih Mesin (SPM), bawang putih, canang sari, emas perhiasan, tomat, akademi/perguruan tinggi, pisang, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, kue kering berminyak, dan sigaret kretek tangan (skt).
Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain cabai rawit, cabai merah, bensin, telepon seluler, pepaya, wortel, tongkol diawetkan, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, vitamin, kol putih/kubis, sabun cair/cuci piring, kentang, garam, ikan tuna, mie kering instant, bahan bakar rumah tangga, mangga, wafer, detergen cair, dan sabun mandi.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m pada November 2024 antara lain bawang merah, daging babi, tomat, daging ayam ras, buncis, jeruk, sawi hijau, kangkung, kopi bubuk, kacang panjang, bawang putih, rampela hati ayam, bayam, Sigaret Putih Mesin (SPM), makanan ringan/snack, minyak goreng, labu siam/jipang, emas perhiasan, gula pasir, dan pasta gigi. Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain cabai rawit, beras, canang sari, pisang, buah naga, jagung manis, sabun mandi, bahan bakar rumah tangga, telepon seluler, udang basah, cabai merah, apel, mangga, dan krim wajah.*dik