BISNISBALI.com – Wakil Bupati Badung yang juga selaku Ketua Pelaksana Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Badung, I Ketut Suiasa menghadiri acara peringatan Hari AIDS Sedunia di Kabupaten Badung, bertempat di Galeria Food Terrace, Mall Bali Galeria, Kuta, Minggu (1/12). Pada tahun ini, Hari AIDS Sedunia mengangkat tema “Take The Rights Path; My Health, My Right!” atau “hak setara untuk semua, bersama kita bisa.
Pada kesempatan tersebut, Wabup Ketut Suiasa didampingi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, dr. Made Padma Puspita beserta jajarannya, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Badung, I Nyoman Gunarta, Perbekel Buduk, I Ketut Wira Adi Atmaja, Perbekel Pererenan, I Made Rai Yasa, Lurah Kapal, I Nyoman Adi Setiawan, serta siswa-siswi sekolah menengah atas di Kabupaten Badung.
Wabup Ketut Suiasa dalam sambutannya menyampaikan, peringatan Hari AIDS Sedunia merupakan pemantik untuk meningkatkan kesadaran kolektif, untuk hak kesetaraan bagi semua, Jadi, dengan bersama semua bisa sesuai. Sejalan dengan tema Hari AIDS Sedunia sudah memberikan suatu gambaran bahwa dalam menangani HIV/AIDS tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri.
“Jadi, tidak bisa kita lakukan sepihak-sepihak tapi harus melibatkan semua elemen, semua unsur. Kita harus melakukan dengan cara yang kolaboratif dan bersama melakukan gerakan. Hanya dengan hal itulah kita akan bisa menangani HIV. Apalagi, kita hanya punya waktu lagi 5 tahun saja. Ini sekarang sudah akhir tahun 2024, karena di tahun 2030 kita ditargetkan untuk zero HIV/AIDS. Ada 3 zero kita dalam menangani HIV yakni menyetop adanya pertumbuhan, penambahan kasus yang baru, kita stop pada kematian, yang terakhir, yang paling sulit, stop stigma,” ucapnya.
Wabup Suiasa juga menjelaskan bahwa kasus HIV/AIDS per September 2024 tercatat sekitar 5.000 kasus. Kasus tersebut merupakan tantangan bagi seluruh pihak untuk dapat menanggulangi penyebarannya. Dijelaskan lebih lanjut bahwa karena ada kasus ini setidak-tidaknya harus didata kasusnya dan ada komunikasi atau pendekatan ke masyarakat, dan mendeteksi dini di mana kantong-kantong atau titik-titik kerawanan yang ada kecenderungan terjadinya kasus.
“Menurut hemat saya, ini juga termasuk pandemi. Kan masalah global, ya kan, pandemi HIV/AIDS ini bisa kita telusuri, namun tidak mudah. Karena kita harus bisa menyadarkan orang untuk mau jujur dan mengakui bahwa dia adalah sebagai orang penderita. Ada kecenderungan yang terkena HIV/AIDS itu adalah orang yang sifatnya tertutup, karena apa, mungkin rasa malu, mungkin sudah patah harapan hidup atau frustrasi. Mungkin dia akan tahu risiko masalah sosialnya, mendapat hukum sosial dan terdiskriminasikan,” jelasnya.
Wabup Ketut Suiasa juga menerangkan bahwa menghilangkan stigma yang berlaku di masyarakat maka diskriminasi harus dihilangkan. Sebab, masih banyak ada asumsi-asumsi yang salah, atau keliru dari masyarakat jika berhadapan dengan orang yang penderita penyakit HIV/AIDS.
“Padahal orang yang terjangkit virus HIV/AIDS itu sendiri sebenarnya dia mengalami penyakit yang persis sama juga dengan penderita yang lainnya. Sama kondisinya dengan orang yang TBC, sama dengan orang yang penyakit jantung, sama dengan status keadaannya dengan orang yang mengalami penyakit liver. Sama dengan orang yang sakit ginjal, lain sebagainya,” terangnya.*adv