BISNISBALI.com – Pemerhati ekonomi dan pariwisata, Trisno Nugroho di Denpasar menyampaikan, pemerataan ekonomi Bali Utara dan Bali Selatan sangat diperlukan. Pengembangan Bali Utara menjadi langkah strategis untuk menyeimbangkan ekonomi di seluruh Bali, terutama dengan mengurangi ketimpangan antara utara dan selatan.
“Bali Selatan, dengan infrastruktur pariwisata yang dominan, telah lama menjadi pusat ekonomi, sementara Bali Utara yang kaya akan sektor pertanian masih tertinggal dari segi fasilitas dan akses investasi,” katanya.
Trisno yang sebelumnya menjabat Kepala KPw Bank Indonesia (BI) Bali ini menilai, upaya pembangunan infrastruktur jalan dan shortcut antara Bali Selatan dan Utara, serta peningkatan konektivitas digital, akan membuka akses yang lebih luas, mengurangi biaya logistik, dan meningkatkan arus wisatawan serta investasi ke Bali Utara.
Selain itu, pengembangan destinasi ecowisata di Bali Utara menawarkan potensi besar. Kawasan seperti Bedugul, pantai lovina dan Pemuteran, dengan keindahan alam dan budaya yang kental, bisa dikembangkan sebagai pusat wisata berbasis alam dan keberlanjutan, termasuk trekking, diving, dan agrowisata di perkebunan kopi.
“Diversifikasi ekonomi dengan pengembangan agroindustri juga akan mendukung ketahanan ekonomi lokal, memberi nilai tambah pada produk pertanian, dan membuka peluang kerja baru bagi masyarakat Bali Utara,” terangnya.
Berdasarkan kacamata Ketua PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengungkapkan, bahwa wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan), menyumbang 65,96 persen dari total ekonomi Bali. Di sisi lain, wilayah non-Sarbagita hanya menyumbang 31,01 persen. Angka ini mencerminkan ketidakmerataan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan Bali.
Saat ini, Bali telah mengalami transformasi besar melalui pertumbuhan pariwisata yang pesat karena masyarakat Bali menjunjung tinggi nilai budaya, menjadikan pariwisata budaya sebagai daya tarik utama Bali.
”Akselerasi pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat tercapai dengan strategi pembangunan tepat sasaran sesuai keunggulan suatu wilayah,” tambah pria yang akrab dipanggil Tjok Ace ini.
Berkaitan dengan strategi untuk meningkatkan pemerataan ekonomi di Bali, Tjok Ace menambahkan harus memahami karakteristik peta pengembangan Bali secara utuh dan keberhasilan pengembangan sektor tertentu di suatu wilayah tidak berarti harus direplikasi di wilayah lainnya.
Sebelumnya Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja menekankan bahwa meskipun ekonomi Bali telah pulih pasca-pandemi, disparitas antara Bali Selatan (Sarbagita) dan wilayah non-Sarbagita masih cukup tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, Erwin mengemukakan tiga sinergitas penting yang perlu dijalankan, yaitu pengendalian inflasi dan swasembada pangan, mendorong digitalisasi, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat.*dik