Kembangkan Sampah Jadi Media Tanam, Desa Kesiman Kertalangu Kewalahan Penuhi Permintaan

Selain diolah menjadi kompos, sampah organik juga dapat diolah menjadi media tanam.

260
OLAH SAMPAH - Pengolahan sampah menjadi media tanam di Desa Kesiman Kertalangu, Dentim.

Denpasar (bisnisbali.com)-Selain diolah menjadi kompos, sampah organik juga dapat diolah menjadi media tanam. Hal ini mulai dikembangkan oleh Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur (Dentim), yang saat ini kewalahan memenuhi permintaan, khususnya dari sektor usaha perkebunan.

Perbekal Desa Kesiman Kertalangu, I Made Suena, Kamis (7/11), mengatakan media tanam yang dibuat saat ini menggunakan sampah organik yang ditampung di TPS3R dari masing-masing swakelola. Media tanam yang dibuat menghasilkan 150 zak per minggu atau 600 zak per bulan. “Kami menggunakan sampah organik sebagai peluang bisnis atau penghasilan ekonomi. Selain komposting, sekarang kami lebih banyak ke media tanam karena terlalu banyak permintaan dari pengusaha perkebunan di Desa Kesiman Kertalangu,” jelasnya.

Permintaan media tanam, tambah I Made Suena, sebanyak 1.300 zak per bulan yang bekerjasama dengan 26 pemilik usaha perkebunan. Pemilik usaha perkebunan ini selalu siap untuk mengambil media tanam yang diproduksi di desa setempat. Namun dia mengaku belum maksimal dapat memenuhi permintaan. “Kami kewalahan sekarang. Jadi kami ingin menambah produksi lebih banyak karena permintaan cukup tinggi,” ungkapnya.

Lebih lanjut Suena menyebutkan produksi media tanam ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang masih kecil, sehingga belum mencukupi kebutuhan kerja sama dengan stan bunga di wilayah Desa Kesiman Kertalangu. Prosesnya mulai dari sampah organik padat hasil pemilahan dari sumber, lalu dibawa ke TPS3R Kesiman Kertalangu.

Sampai di TPS3R dicacah dengan mesin gibrig, lalu hasil cacahan itu ditumpuk di area yang disiapkan. Sampai umur siap dipanen barulah diolah oleh Bumdes dicampur dengan tanah menjadi produk media tanam dengan nama Mis-Pis (Mis jadi Pis) atau sampah jadi uang.

Selain media tanam, pihaknya juga mengembangkan magot yang berhasil diterapkan. Namun saat ini belum dipasarkan ke luar karena baru memulai produksi. “Tetapi ada beberapa yang sudah dijual ke warga yang mencari langsung ke TPS3R,” tegasnya.

Untuk ke depan, Suena mengaku akan mengembangkan inovasi lebih banyak terutama untuk pengolahan sampah non-organik. “Organik sudah kami mulai untuk pengolahan. Sekarang tinggal proses sampah non-organik yang masih kami carikan inovasi,” imbuhnya. *wid