Denpasar (bisnisbali.com) –Ketidakpastian pasar keuangan global kembali meningkat, di tengah konvergensi kebijakan moneter negara maju. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah telah mendorong meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Bagaimana dengan di Bali? Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu di Denpasar menyampaikan, memang ada ketidakpastian kondisi global. Namun diakui perekonomian Bali khususnya masih tumbuh bagus. “Jadi kita tetap optimis dan ke depannya bisa lebih baik lagi,” ujarnya.
Ia menilai intensitas tekanan global terhadap perbankan semakin kuat akibat perang dan hal lain yang mempengaruhi kegiatan perekonomian. “Namun, di sisi lain, stabilitas Industri Jasa Keuangan (IJK) di Bali tetap terjaga dan tumbuh signifikan,” katanya.
Kristianti Puji Rahayu mengatakan optimis pertumbuhan ekonomi Bali akan terus membaik. Kondisi itu ditunjukkan dengan perkembangan pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi Bali terus meningkat serta di sektor perbankan juga tumbuh cukup signifikan. Itu terlihat dari data OJK Bali di mana kinerja di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara posisi Agustus 2024 tetap resilien dan terjaga stabil didukung oleh permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga.
Data sektor perbankan Provinsi Bali dan Nusa Tenggara posisi Agustus 2024 menunjukkan penyaluran kredit maupun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan yang semakin membaik dari periode sebelumnya. Penyaluran kredit mencapai Rp225,96 triliun atau tumbuh 8,30 persen yoy lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,85 persen yoy (Juli 2024: 9,01 persen yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebesar 57,85 persen kredit di wilayah Bali dan Nusa Tenggara disalurkan kepada kredit produktif, yaitu 36,69 persen pada Modal Kerja dan 21,16 persen pada Investasi.
Pertumbuhan kredit yoy didorong oleh peningkatan nominal kredit Investasi yang bertambah sebesar Rp8,44 triliun atau tumbuh 21,44 persen yoy lebih tinggi dibandingkan Agustus 2023 yang tumbuh sebesar -8,85 persen (Juli 2024: 25,46 persen yoy). “Tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali dan Nusa Tenggara,” paparnya.
Selain kredit dan DPK yang bertumbuh, NPL (Non Performing Loan -kredit bermasalah) masih dalam batas aman. Pertumbuhan kredit didominasi kredit investasi. Penghimpunan DPK di Bali didominasi oleh tabungan sebesar 53,62 persen yang juga sekaligus menjadi pendorong pertumbuhan DPK di Bali, terutama pada golongan Tabungan Perseorangan Bank Umum. Tabungan Perseorangan menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK di Bali dengan pertumbuhan 15,84 persen (yoy).
UMKM masih merupakan pendorong pertumbuhan kredit. Dijelaskan, penyaluran kredit terbanyak pada kredit bukan lapangan usaha (34 persen), perdagangan besar dan eceran (29,40) dan Akmamin.
Sebelumnya KPw BI Bali memperkirakan perekonomian Bali tetap tumbuh tinggi pada triwulan III/2024, dan menguat dibandingkan triwulan II/ 2024 seiring dengan menguatnya kinerja LU terkait pariwisata. Hal ini seiring dengan mulai masuknya periode peak season, serta penyelenggaraan event internasional seperti Bali International Air Show dan Maybank Marathon. Kinerja investasi juga diprakirakan menguat seiring dengan berlanjutnya proyek-proyek strategis pasca penyelenggaraan pemilu. Bank Indonesia bersama pemerintah pusat dan pemerintah daerah terus berupaya mendorong perekonomian Bali menuju Bali yang tangguh, hijau, dan sejahtera. *dik