Tabanan (bisnisbali.com)-Mulai dikembangkan tahun 2016, budi daya pertanian organik di Subak Jaka, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, berlanjut hingga kini. Ini merupakan program demplot Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Bali bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Bali. Padi organik seluas 2,5 hektar dipanen, Senin (21/10), menghasilkan 6,2 ton per hektar.
Kegiatan panen di Subak Jaka dihadiri Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Dr. Wayan Sunada. Turut mendampingi Kadis Pertanian dan Peternakan Tabanan Made Subagia, Kepala Brida Provinsi Bali, Kepala Brida Tabanan, BPSIP Bali dan praktisi pertanian organik.
Panen secara simbolis dilanjutkan temu lapang dan penandatanganan kesepakatan jual beli hasil panen oleh Pekaseh Subak Jaka, Ir. I Wayan Yusa, dan Pimpinan Somya Pertiwi, I Nengah Suarsana. Somya Pertiwi membeli gabah Rp8.500 per kilogram kualitas gabah kering panen (GKP).
Subagia mengungkapkan, program demplot pertanian organik oleh BPSIP Bali dan Brida Provinsi Bali di Kabupaten Tabanan dikembangkan di dua lokasi. Pertama di Subak Jaka seluas 2,5 hektar, dan kedua di Subak Mangesta, Desa Mangesta, seluas 7,5 hektar yang rencananya dipanen pada November mendatang. Dari penghitungan ubinan, panen di Subak Jaka menghasilkan rata-rata 6,2 ton per hektar kualitas GKP. “Kegiatan ini merupakan kolaborasi. Kami di Tabanan menyiapkan lahan dan sekaligus penerima program, sedangkan provinsi menyiapkan anggaran,” tuturnya.
Menurut Yusa, pengembangan pertanian organik melalui inovasi teknologi dan dampak penerapan pertanian organik terhadap produksi tanaman padi dan pendapatan petani di Subak Jaka menanam varietas padi beras merah inpari Arumba dan Baroma. Hasilnya berupa nasi merah beraroma wangi. Subak Jaka baru pertama kali menanam varietas padi beras merah inpari Arumba. ‘’Pertanian organik di Subak Jaka Kukuh sudah mendapatkan sertifikat organik dari Lesos sejak tahun 2019,’’ jelasnya.
Dalam program bersama BSIP Bali dan Brida Provinsi Bali, Subak Jaka mendapatkan bibit, pupuk, dan pendampingan. Hasil panen dibeli oleh Somya Pertiwi dengan harga Rp8.500 per kilogram gabah kering panen. “Harganya lebih tinggi daripada padi konvensional. Semoga petani konsisten menerapkan pertanian organik,” ujar mantan Kaur Kesejahteraan Desa Kukuh ini.
Sementara Sunada menyatakan siap menjembatani petani agar konsisten menerapkan pertanian organik. Dia mendorong kelompok tani mengajukan proposal untuk mendapatkan alat mesin pertanian (alsintan). Pejabat asal Banjar Lodalang ini juga siap melakukan pendampingan kepada petani mulai penanaman padi sampai membuat pupuk cair dan padat memanfaatkan bahan di lingkungan sekitar. *man