Rabu, Oktober 30, 2024
BerandaBaliPetani Didorong Produksi Kakao Kualitas Fermentasi

Petani Didorong Produksi Kakao Kualitas Fermentasi

Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan mendorong petani kakao menjual kakao dalam kualitas fermentasi.

Tabanan (bisnisbali.com)-Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan mendorong petani kakao menjual kakao dalam kualitas fermentasi. Sebab, harga jual salah satu komoditas unggulan Kabupaten Tabanan ini mahal, sehingga akan menguntungkan petani.

Sesuai data di Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan pada tahun 2024, sentra produksi kakao tercatat seluas 4.530 hektar yang menyebar di semua kecamatan. Rinciannya, di Kecamatan Tabanan seluas 55 hektar, Kecamatan Selemadeg Barat 1.303 hektar, Kecamatan Selemadeg 529 hektar, Kecamatan Selemadeg Timur 500 hektar, Kecamatan Pupuan 918 hektar, Kecamatan Penebel 935 hektar, Kecamatan Kerambitan 61 hektar, Kecamatan Baturiti 72 hektar, Kecamatan Kediri 3 hektar dan Kecamatan Marga 155 hektar.

Tahun ini hingga triwulan ketiga dari total luas 4.530 hektar, tren produksi kakao di tingkat petani mengalami peningkatan. Pada triwulan pertama total produksi mencapai 10 ton. Selanjutnya pada triwulan kedua naik ke posisi 323,96 ton. Kenaikan volume produksi berlanjut pada triwulan ketiga mencapai 760,03 ton.

Penyuluh Tingkat Muda Dinas Pertanian Tabanan I Ketut Yuli Aryani, Minggu (20/10), menyatakan selama ini harga kakao kualitas fermentasi dan biasa kisarannya berbeda. Harga biji kakao kualitas fermentasi berada di kisaran Rp130 ribu per kilogram, sedangkan biji kakao kualitas biasa Rp103 ribu per kilogram.

“Harga fermentasi lebih mahal, sehingga kami selalu mendorong agar petani menjual produk dalam kualitas fermentasi. Hal ini juga sejalan dengan permintaan para pembeli yang menginginkan kakao kualitas fermentasi,” ujarnya.

Menurutnya, meski harga fermentasi lebih mahal daripada kualitas biasa, selama ini sejumlah petani masih belum melirik hal tersebut untuk bisa menambah nilai jual panen. Terbukti sejumlah petani kakao, karena alasan ingin cepat mendapatkan hasil panen, cenderung menjual kakao dalam kualitas biasa atau asalan.

Yuli Aryani menambahkan, tahun ini produksi kakao di Kabupaten Tabanan mengalami tren meningkat. Hal itu ditopang kondisi iklim kemarau yang mendukung pertumbuhan cikal bakal buah kakao sehingga tumbuh maksimal. Di sisi lain, kondisi iklim ini juga menurunkan ancaman serangan penyakit busuk buah pada tanaman kakao. *man

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer