Mataram (bisnisbali.com)-Batik Sasambo merupakan batik khas Mataram, Lombok. Motif khas batik ini adalah memadukan tiga suku atau etnik di Nusa Tenggara Barat (NTB), yakni Sasak (Lombok), Samawa (Sumbawa) dan Bojo (Sumba). Keunikan Batik Sasambo ikut bersaing dengan keberadaan batik print.
Perintis Batik Sasambo, Samsir, saat ditemui di rumah produksinya di Desa Rembitan, Lombok Tengah, NTB, beberapa waktu lalu, mengatakan batik tulis dan batik print tentunya memiliki keunggulan tersendiri. Batik tulis mempunyai kesan yang lebih eksklusif dengan kulitas kain dan warna yang lebih unggul. Sementara batik print lebih menang dalam kecepatan produksi. “Batik tulis membutuhkan waktu kurang 2,5 hari untuk satu kain,” ujarnya.
Hal itu memberikan tantangan bagi pembatik Sasambo. Dia lebih memilih pasrah dan tetap berkarya dengan memberikan kualitas terbaik kepada konsumen. “Ada memang konsumen yang membutuhkan kecepatan produksi dan kemampuan kami di produksi kan terbatas. Jadi, biarkan konsumen memilih mau yang print atau manual,” terangnya.
Disinggung terkait pasar, Samsir mengakui saat ini memang ada penurunan jumlah penjualan. Sebelum bom Bali lalu, pendapatannya bisa mencapai Rp30 juta per hari. Sementara saat ini dalam sebulan laku sekitar 130 potong dengan harga Rp265 per potong.
Selain menyediakan koleksi di tempat produksinya, Batik Sasambo buatannya juga dipasarkan melalui toko oleh-oleh termasuk di Bali. Penjualannya juga terbantu dengan adanya kebijkan daerah yang mengimbau penggunaan batik kepada pewagai di lingkungan pemerintah daerah setempat. Selain itu, Telkom Indonesia memberikan pembinaan dan dorongan termasuk dalam hal menjangkau pemasaran digital.Samsir membatik sejak tahun 1991 dan memperkenalkan Batik Sasambo mulai 2010. *wid