Denpasar (bisnisbali.com) – Pada September 2024 secara year on year (y-on-y), Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 2,67 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 106,94. Inflasi tertinggi tercatat di Kota Denpasar sebesar 2,99 persen dengan IHK sebesar 107,64 sementara itu inflasi terendah tercatat di Singaraja sebesar 1,78 persen dengan IHK sebesar 106,28.
Plt. Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan secara virtual di Denpasar, Selasa (1/10) memaparkan, perkembangan harga berbagai komoditas pada September 2024 di Provinsi Bali yang diwakili Kota Denpasar, Singaraja, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Tabanan secara tahunan menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Bali di 4 kabupaten/kota tersebut, pada September 2024 terjadi inflasi y-on-y sebesar 2,67 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,16 pada September 2023 menjadi 106,94 pada September 2024.
“Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender (year to date/ytd) September 2024 tercatat inflasi sebesar 1,46 persen, sedangkan inflasi bulanan (m-to-m) tercatat inflasi sebesar 0,13 persen,” katanya.
Data BPS Bali mencatat, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi bulanan (m-to-m) pada bulan September 2024 antara lain canang sari, daging babi, pisang, bawang merah, sigaret kretek mesin (SKM), sewa rumah, sigaret putih mesin (SPM), tongkol diawetkan, kopi bubuk, sawi hijau, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, rujak, salak, kangkung, sigaret kretek tangan (SKT), beras, udang basah, saput/pakaian adat bali, bawang putih, dan ayam bakar.
Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain cabai rawit, cabai merah, bensin, daging ayam ras, tomat, telepon seluler, jagung manis, mangga, wortel, kol putih/kubis, wafer, dan telur ayam ras.
Untuk inflasi tahunan (y-on-y) terjadi karena naiknya harga komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya IHK pada sepuluh kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau naik sebesar 3,97 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,76 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,42 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,76 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,68 persen, kelompok transportasi sebesar 1,95 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,31 persen, kelompok pendidikan sebesar 3,10 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,80 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,54 persen.
Sementara itu, satu kelompok tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sedalam 0,28 persen.
Secara tahunan, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y pada bulan September 2024 antara lain beras, daging babi, kopi bubuk, sigaret kretek mesin (SKM), canang sari, tarif parkir, nasi dengan lauk, pisang, minyak goreng, sigaret putih mesin (SPM), emas perhiasan, cabai rawit, biaya pendidikan akademi/perguruan tinggi, angkutan udara, kue basah, biaya pendidikan sekolah dasar, biaya pendidikan sekolah menengah pertama, sigaret kretek tangan (SKT), kue kering berminyak, dan air kemasan.
Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain tomat, cabai merah, daging ayam ras, bensin, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, telepon seluler, bawang merah, tongkol diawetkan, pepaya, sawi hijau, vitamin, kacang panjang, ketimun, telur ayam ras, sabun mandi, kol putih/kubis, bahan bakar rumah tangga, ikan cakalang/ ikan sisik, terong, dan garam. *dik